Kamis, 24 Juli 2008

KHAFLATUTTAKHRIJ


USHROTIY


CURRICULUM VITAE

CURRICULUM VITAE

A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Drs. Muhaiban
2. NIP : 130798102
3. Tempat dan Tanggal Lahir : Magelang, 22 Februari 1952
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Pangkat dan Golongan : Pembina Utama Muda, IV/c
7. Jabatan : Lektor Kepala
8. Bidang Keahlian : Kehamiran Menulis Arab
9. Fakultas/Jurusan : Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Arab
10. Alamat Rumah : Perumahan Landungsari Asri Blok C No. 60
Malang, 65151 Telp. (0341) 460-605,
HP 0817530107
11. Alamat Kantor : Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang (UM) Jl. Surabaya 6 Malang
65145 Telp./Faks. (0341) 567-475
12. Alamat E-mail : muhaibanz@yahoo.com
13. Keluarga : Dra. Istarsyidah (Istri)
Kautsar Saleksa (Anak)
Juta Ajrullah (Anak)
Milyun Ni`ma Shoumi (Anak)


B. PENDIDIKAN

No.

Pendidikan
Lembaga
Tempat
Lulus
Bidang
1
Pendidikan Dasar
Sekolah Rakyat Negeri 6 Tahun
Karang Talun I Magelang
1967
-
2
SLTP dan SLTA
Perguruan Al-Iman 6 Th
Muntilan, Magelang
1971
-
3
Pendidikan Tinggi
IAIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta
1977
Sastra Arab
4
Akta Mengajar V
IKIP MALANG
Malang
1986
Teknologi Pendidikan


C. KEPANGKATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL

No.

Pangkat/Jabatan
Golongan
TMT
1
Penata Muda/Asisten Ahli Madaya
III/a
1-04-1980
2
Penata Muda Tk. I/Asisten Ahli
III/b
1-10-1982
3
Penata/Lektor Muda
III/c
1-10-1984
4
Penata Tk. I/Lektor Madya
III/d
1-10-1986
5
Pembina/Lektor
IV/a
1-10-1989
6
Pembina Tk. I/Lektor Kepala Madya
IV/b
1-10-1993
7
Pembina Utama Muda/Lektor Kepala
IV/c
1-10-1997



D. JABATAN STRUKTURAL
No.
Jabatan Struktural
Mulai

Sampai Dengan

1
Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Asing/Arab FPBS IKIP MALANG
3-10-1990
4-10-1993
2
Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa Asing/Arab FPBS IKIP MALANG
4-10-1993
4-10-1996
2
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Asing/Arab FPBS
12-11-1996
15-10-1997
3
Pembantu Dekan I (Bidang Akademik)
15-10-1997
3-10-2000
4
Pembantu Dekan I (Bidang Akademik) Periode ke 2
3-10-2000
3-10-2004

E. KARYA PENELITIAN
1. Hubungan Biaya Studi Mahasiswa Program S1 FIP IKIP MALANG Dengan
Prestasi Studi Mereka (1980, Anggota
2. Pengajaran Bahasa Arab pada Madrasah Aliyah Negeri di Kotamadya dan
Kabupaten Malang (1980, Anggota).
3. Pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa S1 IKIP
MALANG Tahun Akademik 1981/1982 (1981, Anggota).
4. Penelitian Tentang Pengelolaan Perpustakaan IKIP MALANG (1983, Anggota).
5. Usaha Pengembangan TK di Pedesaan dan Kesadaran Orang Tua Siswa Serta
Masyarakat Setempat di Jawa Timur (1986, Anggota).
6. Keterlibatan Dosen Alumni Penataran Pengabdian pada Masyarakat LPM IKIP
MALANG dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (1986, Anggota).
7. Kemampuan Berbahasa Arab (Membaca) Siswa Kelas 3 Madrasah Aliyah di
Kotamadya Malang (1986, Anggota).
8. Persepsi dan Minat Siswa SMA di Kotamadya dan Kabupaten Malang terhadap
Pelajaran Bahasa Arab di TVRI (1991, Penelitian Mandiri).
9. Persepsi dan Minat Siswa SMA di Jawa Timur Terhadap Pelajaran Bahasa Arab
di TVRI (1992, Ketua).
10. Strategi Komunikasi Lisan dalam Kelas Mahasiswa Program Pendidikan
Bahasa Arab JPBA FPBS IKIP MALANG (1995, Anggota).
11. Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab pada Kelompok Pengajian Anak-anak di
Daerah Pinggiran Kotamadya malang dan Kemungkinan Pengembangannya
(1995, Penelitian Mandiri).
12. Studi Kasus Metode Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab Al-Qur’an di Pondo
Pesantren Mambaul Hisam Sedayu Kabupaten Gresik (1996, Anggota).
13. Persepsi Santri Putri Pondok Pesantren di Kabupaten Malang terhadap Dunia
Kerja dan Karier (1996, Penelitian Mandiri).
14. Pelaksanaan Kurikulum SMU 1994 Mata Pelajaran Bahasa Arab pada SMU di
Kota dan Kabupaten Malang (2002, Anggota).
15. Pengembangan Bahan Ajar Morfologi Arab (2006, Anggota)

F. ARTIKEL DIPUBLIKASIKAN
1. Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa S1 IKIP MALANG Tahun
1981/1982 (dimuat dalam Jurnal Penelitian IKIP MALANG, Juni 1992).
2. Persepsi dan Minat Siswa SMA di Kotamadya dan Kabupaten Malang terhadap
Pelajaran Bahasa Arab di TVRI (dimuat dalam Jurnal Bahasa dan Seni FPBS
IKIP MALANG, Agustus 1992).
3. Kemampuan Berbahasa Arab (Membaca) Siswa Kelas 3 Madrasah Aliyah di
Kotamadya Malang (dimuat dalam Majalah Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang, Desember 1992).
4. Pengajaran Menulis Huruf Arab Tingkat Dasar (dimuat dalam Jurnal LPM IKIP
MALANG, No. 10, 1993).
5. Persepsi dan Minat Siswa SMA di Jawa Timur terhadap Pelajaran Bahasa Arab
di TVRI (dimuat dalam Jurnal Nadil Lughatil ‘Arabiyyah, JPBA FPBS IKIP
MALANG, Juni 1995).
6. Pengembangan Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab pada Kelompok Pengajian
Anak-anak di Daerah Pinggiran Kotamadya Malang (dimuat dalam Jurnal
Pendidikan Islam IAIN Sunan Ampel Malang, Juni 1996).
7. Penggunaan Media Pengajaran dalam Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab pada
Kelompok Pengajian Anak-anak di Daerah Pinggiran Kotamadya Malang
(dimuat dalam Jurnal Sumber Belajar PSB IKIP MALANG, Nopember 1996).
8. Pembelajaran Kontekstual Bahasa Arab di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan
Madrasah Aliyah (MA) (dimuat dalam Jurnal Bahasa dan Seni FS UM, Februari
2002).
9. Persepsi Santri Putri Pondok Pesantren terhadap Dunia Kerja dan Karier di
Kabupaten Malang (dimuat dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Ekonomi UM, Februari 2002).
10. Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak/Al-‘Arabiyyah Lil Athfal (ALA) (dimuat
dalam Jurnal Media Pendidikan, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djai
Bandung, Desember 2002).
11. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab di SMU Kota dan Kabupaten Malang
Berdasarkan Kurikulum SMU 1994 (dimuat dalam Jurnal Penelitian
Kependidikan, Tahun No. 2, Desember 2003)
12. Daur al-Lughah al-`Arabiyyah Fi Takwini Mufradati al-Lughati al-
Indunisiyyati (dimuat dalam Al-Jami`ah, Journal of Islamic Studies, Volume
41, Number 2, 2003/1424)
13. Al-Lughah Al-`Arabiyyah fi Indunisiya: Dirasah Tahliliyyah `an
Tathawwuratiha wa Musykilati Ta`limiha (dimuat dalam Studia Islamika,
Indonesian Journal of Islamic Studies, Volume 13, Number 1, 2006).

G. BUKU DIPUBLIKASIKAN
1. Bahasa Arab Untuk SMA (Buku Teks Bahasa Arab SMA), CV Wicaksana
Semarang (Oktober 1985).
2. Al-Hubbul Maktum (Kumpulan Cerpen Berbahasa Arab) Pustaka LISAN
Malang, 1989.
3. Bahasa Arab SMU (Buku Teks Bahasa Arab SMU), Pusat Perbukuan
Depdiknas, Jakarta, 2003.
4. Bahasa Arab SMU, Petunjuk Guru, Pusat Perbukuan, Depdiknas, Jakarta,
2003.
5. Pelajaran Bahasa Arab 3a (Buku Teks Bahasa Arab Berbasis Kompetensi untuk
Madrasah Tsanawiyah), Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Buku Pelajaran
Kanwil Depag Jatim, 2004.
6. Pelajaran Bahasa Arab 3b (Buku Teks Bahasa Arab Berbasis Kompetensi 3a dan
3b untuk Madrasah Tsanawiyah), Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Buku
Pelajaran Kanwil Depag Jatim, 2004.
7. Bahasa Arab Bahasa Komunikasi Internasional, (Buku Teks Bahasa Arab
Berbasis Kompetensi untuk SMA), Penerbit Misykat, 2005.
8. Tarnimatul Athfal, al-Anasyid al-`Arabiyyah Li Talamidzi Raudlati al-Athfali wa
al-Madarisi al-Ibtidaiyyati, (Buku dan Kaset Rekaman Lagu Anak-anak
berbahasa Arab untuk TK/TPQ/SDI/MI).




H. KARYA TULIS DISAJIKAN DALAM SEMINAR/SEMLOK/PELATIHAN
1. Upaya Menciptakan Bi`ah Arabiyah di JPBA IKIP Malang, Seminar, 1989
2. Hambatan dalam Penuangan Gagasan Secara Tertulis, Pelatihan, FPBS, Malang,
1992.
3. Pengajaran Menulis Huruf Arab Tingkat Dasar, Pelatihan, Malang, 1992.
4. Pengajaran Insyak di Madarasah Tsanawiyah, Seminar, JPBA IKIP Malang,
1993.
5. Silabi Matakuliah Keterampilan Berbicara dan Menulis Kurikulum PTKSM
1992, Seminar, Malang, 1994
6. Pembelajaran Bahasa Arab di SMU Berdasarkan Kurikulum SMU 1994,
Seminar, Malang, 1996.
7. Kelompok Matakuliah Sejarah/Kebudayaan Kurikulum Nasional Program Studi
Sastra Arab dan Implikasinya Dalam Penyusunan Kurikulum JPBA, Seminar,
Malang, 1996.
8. Metodologi Penelitian Bahasa, Semlok, STAIN Salatiga, 1998
9. Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi, Seminar Regional, IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 1999
10. Pengembangan Pengajaran Bahasa Arab di Jawa Timur, Seminar Regional, FS
UM, 2001
11. Revitalisasi Bahasa Arab dalam Sistem Pendidikan Nasional, Seminar Regional,
STAIN Tulung Agung, 2001.
12. Puisi, Lagu, dan Permainan dalam Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak,
Pelatihan Jombang, 2000
13. Problematika Pengajaran Bahasa Arab di SMU, Seminar Regional, Malang, FS
UM, 2001
14. Pengembangan Kurikulum Fakultas Sastra, Seminar Nasional, Bandung, 2002.
15. Strategi Mutakhir Pembelajaran Bahasa Arab, Semiloka, Malang, 2002.
16. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Anak, Pelatihan, Malang, 2002
17. Tekai-teki Silang Sebagai Teknik Pembelajaran Bahasa Arab, Pelatihan,
Trenggalek, 2002
18. Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Anak Melalui Lagu, Pelatihan, Malang, 2004.
19. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Beberapa Model Pembelajaran, Pelatihan,
Malang, 2004.
20. Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di
Madrasah Tsanawiyah, Pelatihan, Malang, 2004.
21. Pengelolaan Perpustakaan Dalam Rangka Pengembangan Minat dan Kebiasaan
Membaca, Pelatihan, Jombang, 2004.

K. KARYA TULIS TIDAK DIPUBLIKASIKAN
1. al-Nadwah al-`Ilmiyyah fi al-Tathbiqi (Buku Ajar Seminar Berbahasa Arab untuk Perguruan Tinggi, 2002)
2. al-Nahwu al-Tathbiqy (Buku Ajar Aplikasi Nahwu untuk Perguruan Tinggi, 2003)
3. Al-Mudzakirah Fi al-Kumbiuter al-`Araby (Buku Ajar Komputer Arab untuk Perguruan Tinggi, 2004)
4. Maharah al-Kitabah (Buku Ajar Insyak untuk Perguruan Tinggi, 2005)
5. Morfologi Arab (Buku Ajar Sharf untuk Perguruan Tinggi, 2006).

I. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
1. Penyuluhan Pengelolaan Rumah Ibadah Islam di Sekitar Kampus IKIP Malang
(1984, Anggota).
2. Penyuluhan Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab bagi Guru Pengajian Anak-anak di
Desa Tumpak Rejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang ((1988, Anggota).

3. Bimbingan Teknik Pembuatan dan Penggunaan Alat Bantu Pengajaran Baca-tulis
Al-Qur’an Tingkat Dasar dengan Menggunakan Metode Kalimah bagi Guru-
Guru Agama SD se Kecamatan Bantur Kabupaten Malang (1989, Anggota).
4. Penyuluhan Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab bagi Guru Pengajian Anak-anak di
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang (1990, Ketua).
5. Penyuluhan Penggunaan Metode Baru Pengajaran Baca-tulis Huruf Arab bagi
Guru Pengajian Anak-anak di Desa Tegal Gondo Kecamatan Karang Ploso
Kabupaten Malang (1992, Ketua).
6. Pelatihan Metode Pengajaran Baca Tulis Arab bagi Santri PP Annahdliyah
Kepuh Harjo, Kec. Karang Ploso, Kab. Malang. (1995, Anggota)
7. Pengembangan dan Pembuatan Alat Permainan Puzzle untuk Pengajaran Bahasa
Arab Bagi Guru Bahasa Arab MI di Watulimo, Trenggalek (2002, Anggota).
8. Pelatihan Komputer Arab bagi Guru dan Tenaga Administrasi di Madrasah
Ibtidaiyah se Malang (2004, Ketua)
9. Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dan Media Pengajaran Lainnya dalam
Pengajaran Bahasa Arab bagi Guru MTs se KKM MTs Donomulyo (2006,
Anggota)
10. Pelatihan Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Diniyah Tarbiyatul
Muballighin Blitar (2007, Anggota)

J. PENATARAN
1. Penataran Tenaga Peneliti Tk. Dasar, Malang (1980).
2. Penataran Tenaga Pembimbing PPL, Malang (1983).
3. Penataran Pengabdian Kepada Masyarakat, Malang (1986).
4. Penataran Tenaga Peneliti Tk. Lanjut, Malang (1988).
5. Penataran Komputer Penelitian, Malang (1989).
6. Penataran Penulisan Artikel Ilmiah, Malang (1992).
7. Penataran Penyuntingan Jurnal Angkatan I (1994)
8. Penataran Dosen Metodologi Penelitian, (1995)

L. PIAGAM PENGHARGAAN
1. Dosen Teladan I FPBS IKIP MALANG, 1983, Rektor IKIP MALANG
2. Dosen Teladan III IKIP MALANG, 1983, Mendikbud RI
3. Satya Lancana Karya Satya 20 Tahun, 2000, Presiden Republik Indonesia

M. KETERLIBATAN DALAM PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
Redaksi Pelaksana Jurnal Nasional Terakreditasi “Bahasa dan Seni” FPBS IKIP MALANG, 1991—1993
Penyunting Pelaksana Jurnal Nasional Terakreditasi “Bahasa dan Seni”; FPBS IKIP MALANG/FS UM, 1994—2000
Anggota Senat Fakultas Sastra UM, UM, 1997—2003
Anggota Komisi Senat Fakultas Sastra UM, 2001—2003
Wakil Ketua Penyunting Jurnal Nasional Terakreditasi “Bahasa dan Seni”; FS UM; 2001—2005
Anggota Team Pendataan EMWP Tingkat Fakultas, 1997—1999
Ketua Panitia Kegiatan Program Persiapan Perkuliahan Mahasiswa Baru Tingkat Fakultas, FS UM, 1998
Ketua Panitia P3MB Mahasiswa Baru, FS UM, 1999
Ketua Panitia Penyelenggara Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT), 2001, FS UM.
Anngota Panitia Wisuda UM, 1999
Anggota Panitia Penyelenggara Lustrum ke-9 UM, 1999
Ketua Satgas penerbitan Buku Pedoman Kuliah Kerja Lapangan Fakultas Sastra UM, 2000
Ketua Satgas penerbitan Buku Pedoman Kegiatan Akademik Dosen Fakultas Sastra UM, 2000
Ketua Satgas penerbitan Buku Pedoman Seminar Akademik Mahasiswa Fakultas Sastra UM, 2000
Ketua Satgas Penerbitan Kumpulan Puisi, Antalogi Puisi, FS UM, 2002
Anggota Satgas penyusun Katalog Jurusan Sastra Arab FS UM; 1997—1999
Anggota Team Pengembang Kuliah Kerja Nyata (KKN) LPM UM, 2007
Anggota Badan Penjaminan Mutu Tingkat Fakultas, FS UM, 2007
Anggota Badan Penjaminan Mutu LPM UM, 2007
Anggota Team Pemantau Independen Ujian Nasional (TPI-UN) 2007 Kota Malang, 2007
Anggota Team Pemantau Independen Ujian Nasional (TPI-UN) 2008 Kota Malang, 2008

N. MATAKULIAH YANG PERNAH DIAMPU
No
Nama Matakuliah

Keterangan

1
Mufradat (Kosakata Bahasa Arab)
1979—1993
2
Muhadatsah (Kemahiran Berbicara)
1979—1993
3
Insyak (Kemahiran Menulis)
1979—1999
4
Mushtalahat Ashriyyah (Peristilahan Komtemporer)
1991—1994
5
Seminar
1992—2000
6
Micro Teaching
1992—2006
7
Pengelolaan Kelas
1992—2000
8
Latihan Penerjemahan
1994—1997
9
Tathbiq Sharfi (Morfologi)
1990—1994
10
Mushthalahat Diniyyah (Peristilahan Keagamaan)
1989—1994
11
Kitabatul Maqalah (Penulisan Artikel)
1994—2007
12
Kitabah
2000—2007
13
Komputer Arab
2000—2007
14
Dirasah Arabiyyah Mukatstsafah (Bahasa Arab Intensif)
2005—2007

O. ORGANISASI PROFESI
1. Sekretaris Umum Ittihgadul Mudarrisin lil Lughhatil `Arabiyyah/IMLA (Ikatan Pengajar Bahasa Arab), 1999—2003
2. Divisi Kerjasama Luar Negeri Ittihgadul Mudarrisin lil Lughhatil `Arabiyyah/IMLA (Ikatan Pengajar Bahasa Arab), 2003—2007

Malang, 20 Juli 2008




Drs. Muhaiban
NIP 130798102

Rabu, 23 Juli 2008

qoshosh qoshiroh

SEKILAS TENTANG CERITA DAN PROSES MENULISNYA
Muhaiban Ibnu Muhdi
Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik yaitu unsur yang ada dalam cerita dan unsur itu ikut menentukan
mutu cerita tersebut. Unsur itu meliputi berikut ini.
Tema
Setiap cerita memiliki tema, yaitu ide pokok yang menjadi titik tolak pengarang
dalam menyusun sebuah cerita. Tema adalah inti yang ingin disampaikan pengarang. Tema
merupakan jiwa suatu cerita. Jiwa ini diwujudkan dengan memberinya wadah berupa
rangkaian kejadian.
Plot atau Alur
Plot merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk cerita. Plot. adalah rentetan
kejadian yang saling berhubungan untuk mendukung tema yang akan disampaikan. Tahapan
Plot meliputi: (1) permulaan, (2) tahapan pertikaian, (3) tahapan perumitan, (4) tahapan
puncak (klimaks), (5) tahapan peleraian (antiklimaks), dan (6) tahapan akhir.
Ragam Plot atau Alur dibedakan atas: (1) alur maju, yaitu alur yang peristiwa atau
kejadiannya berjalan teratur dari awal sampai akhir cerita; (2) alaur mundur, yaitu alur yang
menceritakan peristiwa pada masa lampau; (3) alur sorot balik (flash back), yaitu alur yang
terjadi karena pengarang mendahulukan bagian akhir cerita dan setelah itu baru kembali ke
awal cerita; (4) alur klimaks, yaitu alur yang susunan peristiwanya menanjak dari peristiwa
biasa meningkat menjadi luar biasa; (5) alur anti klimaks, yaitu alur yang susunan
peristiwanya makin menurun, dari peristiwa yang luar biasa kemudian menjadi kendur, dan
berakhir dengan peristiwa biasa; (6) alur kronologis, yaitu alur yang susunan peristiwanya
berjalan sesuai dengan urutan waktu.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah para pelaku yang ada dalam cerita, sedang penokohan adalah cara
pengarang melukiskan tokoh-tokoh dalam cerita.
Latar atau Setting
Latar merupakan tempat atau waktu terjadinya suatu peristiwa
Sudut Pandang atau Titik Kisah
Sudut Pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita. Sudut
pandang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu, (1) pola orang pertama, dalam pola ini pengarang
tampak terlibat dalam cerita yang yang dikarangnya. Pengarang dapat bertindak sebagai:
tokoh utama, pengamat langsung, pengamat tidak langsung. Kata ganti yang dipakai adalah
aku atau saya; (2) pola orang ketiga, dalam pola ini pengarang tidak ikut terlibat dalam
peristiwa yang terjadi dalam cerita. Kata ganti yang dipakai: dia, ia, atau nama orang.
Gaya
Gaya adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk menyampaikan
gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu
menciptakan nuansa penuh makna.
Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik yaitu unsur yang ada di luar cerita, tetapi ikut menentukan mutu
cerita tersebut. Unsur ini meliputi: latar belakang pendidikan pengarang, ideology yang
dianut, agama yang dianut, kedudukan pengarang dalam masyarakat, dan waktu ketika cerita
itu diciptakan.
Lahirnya Inspirasi atau Ide
Proses penulisan seringkali diawali dengan timbulnya inspirasi. Inspirasi bisa
muncul karena berbagai peristiwa atau kejadian yang dilihat, dibaca, dialami,
didengar oleh penulis. Misalnya: setelah membaca cerpen orang lain, setelah
menonton film, setelah mendengar cerita orang, setelah melihat tingkah laku orang
sekeliling, atau setelah menyaksikan kejadian alam.
Ide tulisan juga bisa timbul karena peristiwa yang remeh atau kecil, gabungan
peristiwa kecil, atau hasil dari perenungan.
Hambatan Penciptaan
Di tengah proses penulisan suatu karya tulis, cerpen misalnya, seorang penulis
seringkali menemui hambatan sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan
kepenulisannya. Gagasan yang telah mengeram di benak penulis tidak dapat
dituangkan dalam tulisan. Keadaan seperti ini tyidak saja sering dialami oleh para
penulis pemula, akan tetapi juga oleh para penulis profersional.
Bentuk-bentu hambatan yang dihadapi oleh setiap penulis dapat bervariasi
sesuai dengan jenis dan bentuk tulisan. Hambatan yang terjadi pada penulisan karya
tulis ilmiah akan berbeda dengan hambatan yang ada pada penulisan karya ilmiah
populer, dan berbeda pula dengan hambatan pada penulisan karya fiksi. Perbedaan
hambatan tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan penulis.
Berikiut dikemukakan secara ringkas hambatan penciptaan.
Hambatan penciptaan adalah terganggunya kreatifitas dan produktifitas
penulis, baik ketika penulis akan melaksanakan kegiatan menulis, maupun di tengah
proses penulisan karya tulis.
Secara umum ada 2 (dua) hal yang dapat menghambat kreatifitas dan
produktifitas tersebut, yaitu (1) keadaan dalam diri penulis dan (2) keadaan di luar diri
diri penulis.
Keadaan dalam Diri Penulis
Hambatan yang timbul dari dalam diri penulis dapat berupa hal-hal berikut.
1. Ketidakmampuan Mengembangkan Gagasan atau Ide
Proses penulisan selalu dimulai dengan lahirnya sebuah gagasan induk dalam
pikiran seorang penulis. Gagasan induk ini harus dikembangkan menjadi rincianrincian
gagasan. Rincian gagasan tersebut kemudian dipilih salah satu untuk menjadi
topik tulisan. Topik inipun harus diolah lagi menjadi tema. Topik yang telah dibatasi
oleh tema itulah yang akan menjadi pangkal tolak penulisan.
Para penulis pemula seringkali mendapatkan kesulitan dalam pengembangan
gagasan ini, sehingga proses penulisan “macet” di tengah jalan. Kemacetan ini terjadi
karena gagasan yang akan ditulis terlalu luas dan berada di luar jangkauannya.
2. Hambatan Bahasa
Untuk menuangkan gagasannya secara tertulis, seorang penulis membutuhkan
saran. Dalam dunia kepenulisan, sarana ini lazim disebut medium atau wahana, yaitu
bahasa tulis yang berupa kosakata, gramatika, dan retorika. Agar seorang penulis
dapat menuangkan gagasannya secara baik, ia harus: (1) memiliki perbendaharaan
kata yang memadai, (2) terampil menyususn kalimat yang jelas, dan (3) dapat
menggunakan bahasa secara efektif.
Tiga hal tersebut biasanya menjadi hambatan terutama bagi para penulis
pemula. Gagasan mereka biasanya “meledak-ledak”, akan tetapi mereka tidak dapat
menuangkannya dalam tulisan karena mereka “miskin bahasa”. Penulisanpun
terhambat di tengah jalan.
3. Hambatan dalam Pemilihan Pola Penulisan dan Jenis Penuturan
Penulis yang baik akan selalu menjadikan masyarakat pembaca sebagai
“bahan” petimbangan tulisannya. Ia akan berfikir tentang siapa yang akan menjadi
sasaran tulisn tersebut. Anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua, atau semua
orang tanpa batasan umur. Hal ini menuntut penulis untuk memilih pola penulisan
atau jenis penuturannya sesuai dengan sasaran pembaca dan tema tulisan.
Dalam menentuka pilihan pola penulisan atau jenis penuturan inilah penulis
biasanya menemukan hambatan yang kadang dapat “memacetkan” proses penulisan.
Di samping 3 (tiga) hambatan yang lebih banyak terkait dengan kemampuan
penulis tersebut, ada juga hambatan lain yang terkait dengan keadaan fisik penulis
yaitu hambatan (a) kesehatan dan (b) hambatan “kemiskinan”.
(a) Hambatan Kesehatan
Kesehatan seorang penulis berpengaruh pada kreatifitas dan produktifitasnya.
Proses penulisan akan terhambat apabila kondisi kesehatan penulis tidak prima.
(b) Hambatan “Kemiskinan”
Untuk menjadi seorang penulis, seseorang memang tidak harus kaya. Akan
tetapi kalau kebutuhan-kebutuhan “kecil” yangmendukuing proses kreatif tidak dapat
terpenuhi, maka proses kreatif tersebut akan terhambat. Sebagai ilustrasi, seorang
penulis yang kebetulan juga seorang perokok berat, yang tidak dapat “menulis”
kecuali sambil merokok, maka ketika di tengah malam sedang asyik menulis dan
rokoknya habis (dan tidak mempunyai uang untuk sekedar membeli sebatang rokok)
maka proses penulisan akan bisa terhenti dan inspirasi “terburu” hilang.
Keadaan di Luar Diri Penulis
Banyak hal di luar diri penulis yang dapat menjadi penghambat proses kreatif
penulis, antara lain sebagai berikut.
1. Lingkungan
Untuk dapat melaksanakan kegiatan penulisan dengan baik, seorang penulis
membutuhkan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman, yang memungkinkan
tertunagnya gagasan dengan jernih dan lancar. Lingkungan yang bising, gaduh, kotor
dan pengap, sering kali dapat menghambat kerja seorang penulis.
2. Waktu
Kesempatan atau waktu juga dapat menghambat kegiatan menulis. Seorang
penulis profesional kondang yang banyak terlibat dalam berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan dan kebudayaan akan mendapatkan hambatan untuk menulis
meskipun gagasan telah menumpuk dalam pikirannya.
3. Benturan antara Idealisme dan Kenyataan
Penulis yang baik akan selalu memiliki dan mempertahankan idealismenya.
Acapkali idealissme ini berbenturan dengan keadaan nyata di masyarakat. Karena itu,
banyak penulis yang memilih berhenti menulis dari pada harus mengorbankan
idealismenya.
4. Tingkah Laku Sosial Politik
Serorang penulis sering terbelenggu oleh tingkah laku sosial dan politik
masyarakatnya. Ia tidak selalu dapat begitu saja menuangkan gagasannya dalam
tulisan karena dibatasi oleh norma-norma masyarakat dan kebijakan politik.
5. Keterbatasan Referensi
Untuk mendukung, memperkaya, dan mewarnai tulisannya, seorang penulis
dituntut untuk membaca berbagai referensi. Ada pameo di dunia kepenulisan yang
mengatakan bahwa “Bila Anda ingin kencing banyak, maka minumlah yang banyak”.
Artinya, apabila seorang penulis ingin berkarya lebih banyak dan bermutu, maka dia
harus banyak membaca hasil karya orang lain.
Kegiatan menulis kadang bisa terhambat oleh kurang/tidak adanya referensi
yang dapat mendukung atau memperkaya gaggasan yang akan ditulis.
Penutup
Tulisan ini sekedar paparan dari pengalaman kecil penulis selama terlibat
dalam proses kepenulisan. Apa yang baik dari tulisan ini semoga dapat dimanfaatkan
oleh para caalon penulis untuk memperluas wawasan kepenulisannya. Semoga
bermanfaat.
Malang, 6 Desember 2004

mashrakhiyyah


SEKILAS TENTANG MASRAHIYYAH
Oleh: Ibnu Muhdi
Sejarah Masrahiyyah
Bahasa Arab belum mengenal masrahiyyah modern kecuali baru pada
pertengahan abad ke 19. Sebelumnya, Napoleon Bonaparte pernah mencipta
drama di Mesir pada tahun 1897 tetapi berbahasa Perancis untuk keperluan
menghibur tentara pendudukan. Orang Syria merupakan perintis pertama seni
masrahiyyah di Timur Tengah. Hal itu terjadi karena pergaulan mereka yang
akrab dengan orang Eropa dan kebiasaan mereka menonton karya-karya
dramanya.
Masrahiyyah pertama yang pernah ditampilkan di Beirut pada tahun 1848
berjudul Al-Bakhil karya مارون نقاش kemudian drama berjudul Abu Hasan Al-
Mughfil karya penulis yang sama ditampilkan pada tahun 1850.
Masrahiyyah pada waktu itu umumnya terjemahan atau saduran dari
bahasa Perancis atau Inggris. Hanya sedikit masrahiyyah karya asli orang Arab.
Bahkan sampai saat inipun tidak banyak karya masrahiyyah yang bisa disebut
sebagai karya sastra Arab yang membanggakan. Ini tidak berarti bahwa tidak ada
karya masrahiyyah yang bisa dipelajari dan dipentaskan. Karya-karya
masrahiyyah modern dan sejarah para penulisnya dapat dijumpai antara lain
dalam Mausu’ah Syauqiyah.
Unsur Masrahiyyah
Hampir sama dengan drama pada umumnya, masrahiyyah paling tidak
memiliki unsur-unsur pembentuk dan pendukung cerita yang meliputi dialog,
konflik, plot, tema, klimaks dan krisis. Berikut dikemukakan 3 (tiga) unsur saja
dari masrahiyyah.
الحوا ر. 1 / Dialog
Dialog merupakan alat penting untuk menggambarkan “bangunan
masrahiyyah”.dan oleh karena itu dialog adalah senjata utama sebuah senario
masrahiyyah. Dalam masrahiyyah, para pemain berdialog/berbicara sesuai dengan
perannya. Dialog berfungsi mengemukakan persoalan, menjelaskan tokoh atau
peran, memperjelas watak pemeran, dan melahirkan aksi serta mendorong plot
bergerak maju.
الصراع . 2 / Konflik
Konflik merupakan kekuatan penggerak masrahiyyah. Cerita dapat
bergerak maju kalau di dalamnya ada konflik. Supaya konflik bisa menjadi daya
penggerak cerita seperti yang dikehendaki, dipilih tokoh-tokoh yang mampu
melakukannya. Konflik tidak hanya terjadi antara seseorang dengan yang lain,
tetapi dapat pula terjadi antara orang dengan masyarakatnya, antara orang dengan
alam, dan antara orang dengan keyakinan. Sifat dari konflik dapat dengan jelas
dinyatakan, atau hanya tersirat saja, tetapi elemen konflik tersebut mesti
ditampilkan.
الحركة المسرحي ة. 3 / Plot
Plot biasa diartikan sebagai bagan atau kerangka kejadian tempat pemeran
berbuat/melakukan sesuatu. Plot adalah keseluruhan peristiwa dalam senario. Plot
adalah serangkaian hubungan sebab akibat yang bergerak dari awal hingga akhir.
Ciri-ciri plot adalah timbulnya sebab dan bagaimana sebab tersebut melahirkan
akibat, dan berkembang menjadi jalinan sebab-akibat.
Bentuk Masrahiyyah
Secara umum masrahiyyah memiliki 3 (tiga) jenis berikut.
المأساة . 1 /Tragedi
Tragedi merupakan suatu peniruan perbuatan yang sungguh-sungguh dan
lengkap. Peniruan perbuatan itu diwujudkan dalam bentuk dramatik, bukan
naratif. Pertarungan keluarga Bharata yang mencapai puncak pada peperangan
total di padang Kurusetra merupakan suatu tragedi. Kakak beradik Adipati Karna
dan Arjuna yang sama-sama putra Dewi Kunti harus berhadap-hadapan untuk
saling membunuh.
الملهاة . 2 / Komedi
Kebalikan dari Tragedi adalah Komedi. Bentuk umum komedi bukan
melahirkan hal-hal baru yang dramatik, melainkan satu gambaran dramatik dari
lelucon. Komedi lebih bergantung pada kemampuan melucukan sang tokoh atau
beberapa tokoh dalam dialog, perbuatan, dan suasana yang cenderung berusaha
untuk menghibur penonton.
المسرحية الموسيقي ة. 3 / Melodrama
Bentuk lain di luar Komedi dan Tragedi pada dasarnya penggabungan dari
keduanya atau penampilan segi-segi tertentu untuk tujuan tertentu, yaitu المسرحية
الموسيقية / Melodrama. Ini adalah suatu masrahiyyah yang lebih menekankan segisegi
kekerasan, ketegangan, atau misteri. Ada juga Farce / المسرحية الهزلية yaitu
drama ringan untuk mengundang gelak tawa dengan gerak dan tingkah laku.
Dalam masrahiyyah jenis ini sering ditemukan hal-hal yang tidak masuk akal. Ada
lagi المسرحية الهجائية / Satire, yaitu drama ringan yang tingkat kelucuannya di
atas Farce dengan menampilkan kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan
keseriusan. Ini biasanya digunakan oleh penulisnya untuk melakukan kecaman
atau kritik terselubung karena adanya sensor yang ketat.
Masrahiyyah dan Pengembangan Kompetensi Berbahasa Arab
Masrahiyyah dapat difungsikan sebagai salah satu bentuk pendekatan atau
teknik dalam belajar bahasa Arab, terutama dalam belajar ta’bir syafawy.
Masrahiyyah akan memberikan kontribusi yang besar kepada mahasiswa pemeran
masrahiyyah paling tidak dalam pengembangan kosa kata, pengembangan
ungkapan bahasa Arab, serta pembentukan vokal (suara), speech (ucapan), dan
pernafasan.
Dalam naskah masrahiyyah seorang pemeran akan banyak menemukan
kosakata baru dan ungkapan-ungkapan baru yang belum dikenalnya. Hal itu
berarti akan memperkaya perbendaharan kosakata dan ungkapan yang
bersangkutan.
Di samping itu, dalam masrahiyyah seorang pemeran akan banyak
digembleng olah vokal dan speech serta pernafasan. Gemblengan tersebut akan
memberikan dampak positif kepada pemeran yang bersangkutan tidak saja dalam
bermain peran, tetapi juga dalam keterampilan ta’bir syafawy. Dengan demikian
bisa diharapkan bahwa para aktivis masrahiyyah akan memiliki 2 (dua)
kompetensi sekaligus, yaitu komptensi sebagai pemain masrahiyyah yang handal,
di samping kompetensi berbahasa Arab yang dapat dibanggakan.
Penutup
Apa yang dikemukakan dalam handout ini amatlah sederhana dan
elementer. Semoga yang sedikit ini dapat membuka wawasan baru bagi para
peserta Diklat mengenai masrahiyyah. Apabila ada kekurangan dalam tulisan ini,
hal tersebut semata karena sedikitnya pengalaman kami mengenai dramaturgi.
Untuk itu kami mohon maaf.
Malang, 5 Desember 2004

Selasa, 22 Juli 2008

PROBLEM PENGJARAN BAHASA ARAB

PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA ARAB DI SMU DAN PEMECAHANNYA Makalah Disajikan dalam seminar regional di Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (FS-UM) pada tanggal 21 Oktober 2001
Oleh Muhaiban
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA ARAB
Oktober 2001

PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA ARAB DI SMU DAN PEMECAHANNYA
A. PENDAHULUAN
Perkembangan pengajaran bahasa Arab (PBA) di Indonesia mengalami pasang surut sejak pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 7-8 Masehi sampai pada saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan peran bahasa Arab (BA) di negeri ini antara lain melalui pengembang-an PBA, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Sejak tahun tiga puluhan telah dilakukan upaya pembaruan pengajaran BA yang dipelopori oleh Normal School pimpinan Ustadz Mahmud Yunus di Padang Panjang Sumatera Barat, dan Ustadz Imam Zarkasyi di Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur. Tujuan pembelajaran BA pada saat itu tidak terbatas pada pemahaman dan pendalaman ajaran agama Islam melaui literatur Islam, tetapi juga bertujuan agar para pembelajar memiliki kemahiran berbahasa Arab, terutama berbicara dan menulis. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Metode Langsung (Aththariqah al-mubasyarah), dan pada perkembangan selanjutnya digunakan pula Pendekatan Audio Lingual dan Pendekatan Komunikatif mengikuti pembaruan yang terjadi pada dunia pengajaran bahasa (Fuad, 2001). Pada awal dekade tujuh puluhan, usaha-usaha perbaikan pengajaran BA juga dilakukan oleh Departemen Agama dengan lahirnya Kurikulum Madrasah Tahun 1976 yang menetapkan diberlakukannya pendekatan baru dalam pengajaran BA. Pendekatan baru ini meliputi Pendekatan Integrated System dan Pendekatan Audio Lingual (Muhaiban, 1993). Khusus untuk pembelajaran BA di lingkungan sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), sejak tahun 1975 pemerintah berupaya untuk memberikan tempat bagi BA pada Kurikulum SMU, dengan mencantumkan BA sebagai bahasa asing pilihan dalam Kurikulum SMU Tahun 1975. Pada Kurikulum SMU Tahun 1984 BA sebagai bahasa asing pilihan disajikan untuk Jurusan A3 dan A4 selama 4 semester, dan pada Kurikulum SMU Tahun 1994 BA diberlakukan untuk Jurusan Bahasa dengan alokasi waktu 9 jam per minggu selama 2 semester.
Di kalangan perguruan tinggi, PBA mengalami berkembangan yang signifikan. Baik perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Depag maupun Depdiknas, semuanya mempunyai peran yang besar dalam pengembangan PBA melalui penelitian, pengkajian, seminar, penataran, lokakarya dan sejenisnya. Beberapa perguruan tinggi bahkan melakukan percobaan yang berani seperti yang dilakukan oleh UMM dan STAIN Malang. Kedua perguruan tinggi tersebut mencanangkan program tahun pertama perkuliahan dikhususkan untuk BA, dan semua perkuliahan keislaman menggunakan pengantar BA. Atau seperti yang dilakukan Jurusan Sastra Arab UM dengan pembaruan kurikulumnya, dimana selama 2 (dua) semeter pertama mahasiswa “hanya” menempuh 1 (satu) matakuliah kebahasaan yang dikenal dengan Dirasah Arabiyyah Mukatstsafah sebanyak 24 sks. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa upaya pengembangan BA telah terus menerus diupayakan, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal, dengan metode dan pendekatan yang bervariasi. Akan tetapi dalam kenyataannya, perkembangan BA tidak sepesat perkembangan bahasa asing lain. Demikian juga peran yang dapat dimainkan oleh BA belum sebesar peran yang dapat dimainkan oleh bahasa asing lain, misalnya bahasa Inggris. Sementara kalangan juga melihat bahwa BA masih tetap marginal, berada di pinggir dan belum mampu memberikan perannya secara maksimal. Makalah ini berupaya untuk memaparkan kendala atau problematika PBA pada lingkup yang sempit yaitu di SMU, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Kendala tersebut diduga merupakan salah satu sebab “lambannya” pengembangan PBA khususnya pada tingkat sekolah.
B. PROBLEMATIKA UMUM PENGEMBANGAN BAHASA ARAB (BA)
Pada bagian awal makalah ini telah dikemukakan berbagai upaya pengembangan BA di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Pada masa lalu pijakan pengembangan BA yang berupa rumusan PBN memang belum secara kongkrit ada, sehingga hal itu menempatkan BA pada posisi marjinal. Saat ini, dengan dirumuskan-nya PBN 1999 yang menempatkan BA pada posisinya yang signifikan, pijakan
tersebut telah ada dan tinggal menunggu implemantasinya. Kemudian timbul pertanyaan, dapatkah BA- dengan telah adanya pijakan tersebut- berkembang dan menjalankan fungsi dan perannya seperti bahasa Inggris? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini dikemukakan sebagian kecil problematika pengembangan BA dan kemungkinan pemecahannya. Pertama, rendahnya minat kepada BA. Hal itu ditandai dengan relatif kecilnya siswa yang memilih jurusan bahasa Arab di SMU dan rendahnya peminat jurusan satra Arab di perguruan tinggi. Masalah ini dapat disebabkan antara lain oleh minimnya informasi yang diterima oleh masyarakat mengenai manfaat BA. Di samping memang secara faktual kemanfaatan praktis BA relatif rendah dibanding dengan bahasa asing lain. Kecilnya minat terhadap BA juga bisa disebabkan oleh pembelajaran BA yang kurang menarik dan cenderung membosankan. Untuk mengatasi rendahnya minat kepada BA, perlu dilakukan penyebaran informasi mengenai manfaat BA dan luasnya lapangan pekerjaan yang bisa dimasuki oleh para lulusan jurusan bahasa/sastra Arab. Pembelajaran BA di lembaga-lembaga pendidikan hendaknya selalu diupayakan untuk dapat membuat pebelajar termotivasi untuk menekuni BA, misalnya dengan menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang menarik. Kurikulum BA di berbagai tingkatan pendidikan hendaknya dikembangkan sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Kedua, rendahnya “kebanggaan” masyarakat terhadap BA. Hal itu tampak dari kebijakan yang “tidak menguntungkan” BA yang diambil oleh para penentu kebijakan mulai dari tingkat departemen sampai pada tingkat bawah di sekolah. Rendahnya kebanggaan ini lahir karena sebagaian anggota masyarakat merasa “gengsinya” akan turun dengan BA. Mereka lebih bangga dan merasa modern dan intelek dengan menggunakan bahasa lain, misalnya bahasa Inggris. Untuk mengatasi hal tersebut, para pecinta BA dan lembaga yang bergerak di bidang BA hendaknya dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang berkualitas dan berskala besar yang dapat mendongkrak kebanggaan masyarakat terhadap BA. Ketiga, rendahnya kemampuan guru BA. Rendahnya kemampuan guru BA ini antara lain dapat dilihat dari kualifikasi yang dimiliki oleh para guru tersebut. Hasil penelitian Effendy (1991) antara lain menunjukkan bahwa guru BA di SMU Jawa
Timur 33,4% berpendidikan SLTA/Pesantren, 66,6% berpendidikan tinggi, dan hanya 22,2% yang berkualifikasi sarjana pendidikan bahasa Arab. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualifikasi guru BA misalnya dengan mengikutsertakan para guru dalam (1) program sertifikasi atau penyetaraan, (2) kursus dan pelatihan BA, dan (3) seminar dan lokakarya BA. Problematika pengembangan PBA tersebut hanyalah sebagian kecil dari berbagai problematika pengembangan PBA yang ada. Demikian pula upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut, hanyalah sebagian kecil dari banyak upaya pemecahan yang bisa dilakukan. Pemecahan berbagai masalah tersebut tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya kesadaran dan tekad yang kuat dari semua pihak, terutama para pecinta BA termasuk para pakar, pemerhati, peneliti, dan guru BA.
C. PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA ARAB DI SMU
Di samping dihadapkan pada problematika umum seperti telah diuraikan di muka, pengajaran BA di SMU juga dihadapkan pada problematika yang lebih spesifik yang secara langsung terkait dengan penyelenggaraan pengajaran. Problematika tersebut muncul pada hampir semua aspek pengajaran. Pada bagian ini akan dikemukakan sebagian kecil dari problematika tersebut sebagai berikut. Pertama, kebijakan kepala sekolah. Dibuka atau tidaknya jurusan BA di suatu SMU sangat ditentukan oleh kebijakan kepala sekolah. Sementara itu kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah terhadap BA banyak dipengaruhi oleh sikap, persepsi, dan wawasan kepala sekolah tersebut mengenai BA. Pernah tejadi kasus, sebuah SMU memiliki guru bahasa Arab, minat siswa untuk memilih bahasa Arab juga relatif tinggi, akan tetapi kepala sekolah tidak mengijinkan dibukanya jurusan BA dengan alasan yang tidak masuk akal. Guru BA yang telah tersedia diberi tugas untuk mengajar mata pelajaran lain atau difungsikan sebagai guru BP. Hal itu bisa terjadi kerena mungkin kepala sekolah tersebut tidak memiliki informasi yang cukup mengenai BA. Semoga saja bukan karena pertimbangan “like dan dislike”.
Untuk mengatasi hal itu, perlu kiranya dilakukan pendekatan kepada kepala sekolah oleh pihak-pihak yang peduli terhadap pengembangan BA di sekolah, misalnya jurusan sastra Arab di perguruan tinggi. Jalinan hubungan yang baik antara jurusan sastra Arab di perguruan tinggi dengan SMU, akan dapat menciptakan peluang dibukanya jurusan BA di SMU tersebut. Kedua, hiteroginitas input. Sebagaimana diketahui, siswa SMU berasal dari SMP dan MTs, sehingga pengetahuan dasar BA siswa dalam satu kelas cenderung tidak sama. Siswa yang berasal dari SMP umumnya memiliki dasar bahasa Arab yang rendah, atau bahkan tidak memiliki dasar BA sama sekali, karena di SMP tidak diajarkan BA. Sedangkan siswa yang berasal dari MTs memiliki dasar bahasa Arab yang relatif baik, karena di MTs diajarkan BA. Perbedaan latar belakang sekolah tersebut disamping berpengaruh terhadap motivasi belajar dan daya serap mereka terhadap materi, juga menuntut guru untuk dapat memilih strategi dan metode pembelajaran secara tepat. Untuk menghadapi masalah tersebut, sekolah sebaiknya menyelenggarakan pelajaran tambahan untuk mereka yang memiliki kemampuan BA rendah. Dengan pelajaran tambahan selama kurun waktu tertentu, diharapkan mereka dapat mengejar ketertinggalan. Di samping itu, kemampuan dasar BA siswa dalam satu kelas menjadi relatif homogin. Ketiga, tidak tersedianya buku ajar. Sampai saat ini belum ada buku ajar BA yang diterbitkan berdasarkan kurikulum SMU tahun 1994. Pusat Perbukuan Dikmenum sudah berupaya untuk dapat menerbitkan buku ajar tersebut. Draft buku ajar yang ditulis oleh A. Fuad Effendy dan Muhaiban tersebut sudah jadi (Buku Siswa dan Buku Guru), dan saat ini dalam proses cetak. Dengan tidak tersedianya buku ajar tersebut dapat diduga bahwa PBM berlangsung secara tidak efektif dan tidak efisien. Guru biasanya mencari sendiri bahan pelajaran sesuai dengan kemampuannya, atau menggunakan buku ajar yang tidak sesuai dengan kurikulum. Sementara itu siswa tidak dapat belajar dengan baik di rumah karena tidak tersedianya buku tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut hendaknya para ahli bahasa Arab mempunyai kepedulian untuk menyusun dan menerbitkan buku ajar. Pemerintah hendaknya juga
bersikap adil dalam menerbitkan buku ajar. Selama ini proyek pengadaan buku ajar SMU diutamakan untuk buku-buku selain buku ajar bahasa Arab. Keempat, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran yang kurang tepat. Kurikulum SMU 1994 mata pelajaran BA mengamanatkan agar pembelajaran BA di kelas dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Komunikatif. Akan tetapi, menurut pengamatan, PBM di kelas-kelas BA berlangsung dengan metode terjamah dan metode gramatikal. Hal itu bisa terjadi karena mungkin guru belum memiliki wawasan yang cukup mengenai pendekatan komunikatif. Atau, mereka sebenarnya tahu tentang pendekatan tersebut, tetapi mereka tidak mau menerapkannya dalam PBM, karena tidak mau “repot-repot”. Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu dilibatkan dalam pelatihan, penataran, lokakarya, dan seminar tentang metode pengajaran. Dengan demikian wawasan mereka mengenai metode pengajaran dapat berkembang, dan kesadaran mereka mengenai pentingnya penerapan metode yang tepat dalam PBM bisa ditumbuhkan.
D. SIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan dapat diambil simpulan sebagai berikut. (1) Upaya pengembangan pengajaran BA telah lama dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat malalui pendidikan formal dan non-formal. Pengembangan tersebut terutama dilakukan melalui pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran. Hasilnya memang menggembirakan, terutama pembelajaran BA yang dikembangkan oleh pondok-pondok pesantren modern. Namun demikian, BA masih tetap dalam posisinya yang marjinal sampai saat ini. (3) Pengembangan pengajaran BA banyak mengalami kendala, utamanya berupa kecilnya minat masyarakat terhadap bahasa Arab, rendahnya kebanggaan masyarakat terhadap BA, dan rendahnya kemampuan para guru bahasa Arab. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut diperlukan kerja keras dari semua pihak yang terkait dan peduli terhadap BA. (4) Pengajaran BA di SMU juga menghadapi kendala yang spesifik, yang terkait langsung dengan pelaksanaan PBM di sekolah. Kendala tersebut berupa kebijakan
sebagaian kepala sekolah yang “tidak bersahabat” terhadap BA, hiteroginitas input, ketidaktersediaan buku teks BA, dan penggunaan metode pengajaran BA yang kurang sesuai (5) Apabila semua kendala yang ada tersebut dapat diatasi dengan baik, diharapkan pengembangan pengajaran BA akan berjalan sesuai dengan harapan dan fungsi serta peran bahasa Arab akan meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Effendy, A. Fuad. 2001. Bahasa Arab Dalam Politik Bahasa Nasional. Makalah disajikan dalam seminar PINBA II di UGM Yogyakarta 20- -22 Juli 2001. Effendy, A. Fuad.1991. Pelaksanaan Kurikulum Bahasa Arab SMA Tahun 1984 di Jawa Timur. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang: Lemlit IKIP MALANG Muhaiban. 1993. Persepsi dan Minat Siswa SMA di Jawa Timur terhadap Pelajaran Bahasa Arab di TVRI. Laporan penelitian tidak diterbitkan. Malang: Lembaga Penelitian IKIP MALANG.

ALA

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK MELALUI PUISI DAN LAGU
PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN
Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik individual siswa yang menyangkut perkembangan emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial, dan lingkungan budaya. Pada dasarnya pembelajaran bahasa Arab untuk anak atau Al-`Aarabiyyah Lil Athfa:l yang selanjutnya disebut ALA juga berpijak pada prinsip-prinsip umum tersebut. Di samping itu, ada prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan sesuai dengan karakteristik anak. Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge (dalam Rachmayanti, 2000) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. Pertama, berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah, sekolah, mainan, dan teman bermain. Kedua, berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya dari lingkungan rumah ke lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. Ketiga, pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes anak Keempat, pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana. Kelima, tugas-tugas diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan. Keenam, bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit. Ketujuh, materi diorentasikan kepada pelaksanaan silabus dan pengembangan dua komponen bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) Kedelapan, budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap. Kesembilan, pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar 1
STRATEGI PEMBELAJARAN ALA
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA dan karakteristik siswa yang akan diajar. Karakteristik siswa tersebut antara lain seperti yang telah disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi pembelajaran ALA yang sesuai. Salah satu karakteristik siswa adalah bahwa pengetahuan mereka masih terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, dan teman bermain. Di samping itu, ada pertimbangan lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih materi sebagaimana dikemukakan oleh Dick dan Carey (1985), antara lain apakah materi pembelajaran (1) cukup menarik, (2) isinya relevan, (3) urutannya tepat, (4) mengandung informasi yang dibutuhkan oleh siswa, (5) berisi soal latihan, dan (6) berisi jawaban untuk latihan yang diberikan. Asy-Sya’ban (dalam Ainin, 2002) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam pemilihan materi, yaitu materi pembelajaran dimulai (1) dari hal yang diketahui oleh siswa ke hal yang belum diketahui, (2) dari yang paling mudah ke yang paling sulit, (3) dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks, (4) dari yang kongkrit ke yang abstrak, dan (5) dari yang praktis ke yang teoritis. Di muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik siswa usia kanak-kanak adalah bahwa mereka senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru dalam memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian akan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang 2
mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi multi arah. Untuk memotivasi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, guru dapat melakukan variasi. Variasi ini bisa dilakuan dari segi materi, metode/teknik, media, dan tempat. Motivasi juga bisa diberikan kepada siswa dalam bentuk hadiah berupa pujian, nasihat/himbauan, nyanyian, barang, point, dan pemaparan hasil karya. Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktifitas. Guru hendaknya dapat mengemas aktifitas tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran. Beberapa bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran ALA misalnya (1) lagu (al-qashidah/alghina’), (2) cerita (al-qishshah), puisi (asy-syi`r) dan (3) permainan (al-la’b). Berikut diuraikan 2 (dua) bentuk permainan tersebut, yaitu puisi dan lagu. PUISI DAN LAGU DALAM PEMBELAJARAN ALA
Tujuan Adapun tujuan pemanfaatan puisi dan lagu dalam pembelajaran bahasa Arab adalah untuk: (1) menumbuhkan sensitifitas anak terhadap bunyi, irama, dan nada dalam bahasa Arab; (2) melatih pengucapan ungkapan sederhana dalam bahasa Arab, (3) melatih penggunaan kosakata bahasa Arab yang ada dalam puisi dan lagu, (4) mengembangkan permainan dengan bunyi-bunyi atau ujaran-ujaran dalam bahasa Arab, (5) mengembangkan permainan dengan peragaan puisi dan lagu yang dihafalkan, dan (6) memperkenalkan ejaan, kalimat berita, tanya, dan perintah. Di samping itu, puisi dan lagu juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan: (1) membuat kaitan antara kegiatan dan benda/obyek melalui syair puisi dan lagu, (2) meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab, (3) mengembangkan kepekaan ritme, dan (4) menghafal kosakata. 3
Prinsip-prinsip Pemilihan Puisi dan Lagu Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi dan lagu untuk pembelajaran bahasa Arab bagi anak adalah sebagai berikut: (1) syair atau kata-kata dalam puisi dan lagu hendaknya jelas, (2) bahasa yang digunakan dalam puisi dan lagu tersebut tidak terlalu sulit, (3) tema puisi dan lagu dipilih yang sesuai dengan dunia anak, (4) puisi dan lagu tidak terlalu panjang, (5) puisi dan lagu diupayakan memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan. Berikut ini beberapa judul puisi dan lagu berbahasa Arab sesuai dengan kriteria tersebut (teks puisi dan lagu dapat dilihat di lampiran) a. Puisi 1. 2. 3. 4. 5. b. Lagu (a) Lagu untuk dinyanyikan saja 1. 2. 3. 4. 5. (b) Lagu untuk dinyanyikan dan diperagakan 1. 2. 3. 4
Langkah-langkah Penggunaan Puisi dan Lagu Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru dalam menggunakan puisi dan lagu dalam pembelajaran bahasa Arab hendaknya disesuaikan dengan tema, suasana kelas, dan tujuan penggunaan puisi dan lagu tersebut. Berikut dikemukakan beberapa contoh langkah yang dapat ditempuh oleh guru. Contoh 1 1. Guru menginformasikan judul puisi atau lagu kepada siswa 2. Guru membacakan puisi atau menyanyikan lagu sekali sebagai contoh dan siswa diminta mendengarkan dan memperthatikan guru 3. Guru memberikan kata-kata/syair puisi atau lagu kepada siswa secara tertulis 4. Guru membacakan syair puisi atau lagu dan siswa diminta menirukan 5. Guru menyanyikan seluruh syair lagu atau membacakan syair puisi dan siswa bersama-sama mengikuti secara perlahan-lahan 6. Guru bersama siswa mengulangi menyanyikan lagu atau membaca puisi dengan kecepatan normal 7. Apabila lagu atau puisi tersebut dapat diperagakan, siswa diminta berdiri dan melakukan peragaan dengan contoh dari guru 8. Guru menjelaskan isi puisi atau lagu sebagai materi pembelajaran yang diajarkan. Contoh 2 Judul Lagu 1. Pembukaan 2. Guru menanyakan pohon yang ada di kebun dan bagian-bagiannya 3. Guru menjelaskan materi (lagu) dengan menggunakan kartu gambar 4. Guru melatihkan pengucapan kosa kata dari kartu gambar 5. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil 6. Guru meminta kelompok untuk menempelkan kertas kosa kata pada gambar yang sesuai 7. Kelompok yang tercepat menyelesaikan tugas mendapatkan poin 5
8. Salah satu kelompok diminta membacakan hasil tugasnya 9. Siswa kembali pada kelompok 10. Guru memperdengarkan lagu dan kelompok diminta menuliskan kosa kata yang dapat mereka tangkap dari lagu tersebut 11. Kelompok yang paling banyak menangkap kosa kata dan menuliskannya dengan benar mendapatkan poin 12. Guru menuliskan lirik lagu di papan tulis atau membagikan fotocopy teks lagu 13. Guru memperdengarkan lagu sekali lagi dan siswa diminta menirukan 14. Guru bersama siswa menyanyikan lagu dengan kecepatan normal 15. Guru mengevaluasi pemahaman siswa dengan kartu yang digunakan pada awal pelajaran 16. Guru meminta 2 atau 3 orang orang untuk menyanyikan lagu 17. Guru meminta siswa untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya mengenai pembelajaran dengan lagu tersebut Contoh 3 Judul Puisi 1. Pembukaan 2. Guru menanyakan kepada siswa mengenai jenis buah-buahan (yang mengarah kepada jawaban 3. Guru mengeluarkan buah jeruk yang telah dipersiapkan 4. Guru menanyakan warna-warna jeruk dan melatihkan pengucapan kosa kata dengan bantuan kartu kata 5. Guru menanyakan rasa jeruk dan melatihkan pengucapan kata dengan bantuan kartu kata 6. Guru menanyakan bentuk jeruk dan melatihkan pengucapan dengan bantuan kartu kata 7. Siswa dibagi dalam kelompok kecil 8. Setiap kelompok diminta untuk mewarnai gambar sesuai dengan kosa kata yang tertulis dalam gambar tersebut 6
9. Siswa yang paling cepat menyelesaikan tugas mendapatkan poin 10. Salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil kerjanya 11. Guru menuliskan teks puisi di papan tulis atau membagikan fotokopy teks puisi 12. Guru memberikan contoh cara membaca dan siswa menirukan secara bersama-sama 13. Guru meminta 2 atau 3 orang siswa untuk membacakan puisi 14. Guru mengevaluasi pemahaman siswa tentang warna dan bentuk dengan bantuan kartu 15. Guru melakukan refleksi TUGAS Tugas 1 Buatlah puisi sederhana dalam bahasa Arab dengan tema yang dekat dan disenangi oleh anak-anak, misalnya mainan, binatang, atau buah-buahan. Susunlah puisi dalam lima baris, dan setiap barisnya terdiri dari satu kalimat, setiap kalimat terdiri atas dua kata. Tugas 2 Coba Saudara pikirkan, kemudian Saudara coba untuk mengadaptasi sebuah lagu anak-anak dari bahasa Indonesia atau bahasa Jawa kedalam bahasa Arab. Pikirkan pula, tingkatan siswa yang akan Saudara ajar dengan lagu tersebut. Diskusikanlah dua hal tersebut dengan teman Saudara, kemudian laporkan hasilnya di depan kelas.
DAFTAR PUSTAKA Ainin. 2002. Pemilihan Materi Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak-anak. Makalah tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Anugerahwati. 2000. Material Selection and Development: Games, Songs, and Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang. Cooper, James M. 1979. The Teacher as Decision Maker. Classroom Taching Skills; A Handbook. Massachsetts: D.C Heath ang Company Dick, Walter dan Carey, Lou. 1985. The Systemic Design of Instruction. London: Scott, Foresman and Company. Effendy. 2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni. Malang: Fakultasa Sastra UM. 7
E. Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and Students’ Characteristics. Makalah tidak diterbitkan. Malang Universitas Negeri Malang Muhaiban .2002. Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak. Makalah Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas sastra UM. Rachmayanti. 2000. Maerial Selection and Development: Vocabulary, Structure, and Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang. Scott, Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New York: Longman 8
Lampiran 1 Contoh Puisi 9
Lampiran 2 Contoh Lagu 10
11
12
13
14
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK MELALUI PUISI DAN LAGU
Makalah Disajikan dalam Pelatihan Pembelajaran Bahasa Arab bagi Guru Bahasa Arab Madrasah Diniyah Tarbiyatul Muballighin di Kota Blitar Tanggal 28 Juni 2007 Oleh Muhaiban
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA ARAB
JUNI 2007 15