Selasa, 22 Juli 2008

AL `ARABIYYAH LIL ATHFAL


١
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
(AL-‘ARABIYYAH LIL ATHFAL /ALA)
Muhaiban
Abstrak: Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam pembelajaran ALA adalah karakteristik siswa.
Dalam pemilihan materi, metode, teknik, media, alat evaluasi,
dan tempat pembelajaran, perlu diperhatikan karakteristik siswa,
yaitu bahwa siswa (1) masih belajar dan senang berbicara
tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang
mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4)
cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan
penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena
dorongan dari luar.
Kata-kata kunci: Pembelajaran, Bahasa Arab, ALA
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak atau Al-‘Arabiyyah Lil Athfal (ALA) dalam
bentuk verbal yang bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan
do’a-da’a serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Kegiatan
pembelajaran bahasa Arab itu diperkirakan telah berlangsung sejak awal masuknya
agama Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke 12 (Muhaiban, 2002).
Pembelajaran ALA seperti itu dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim,
di masjid, mushalla, madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
(Effendy, 2001). Menurut statistik tahun 1990 (Dhofier, 1994 dalam Effendy, 2001)
jumlah madrasah diniyah saja di Indonesia mencapai 16.680 dengan 2.479.572 santri.
Sedangkan jumlah TPQ yang diperkirakan lebih banyak belum ada data resminya.
Jumlah lembaga pendidikan dasar yang sangat besar tersebut merupakan modal
bagi pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang.
Pengembangan yang perlu dilakukan terutama menyangkut tujuan, metode, dan
strategi pembelajaran.
Selama ini tujuan pembelajaran ALA sebagaimana tersebut di atas adalah
untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab dalam
lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode hapalan. Untuk
pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah hajaiyyah. Pada tahun
Muhaiban adalah dosen pada Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas
Negeri Malang
٢
delapan puluhan dikembangkan metode baru yang berbasis pengenalan bunyi yang
dikenal dengan thariqah shautiyyah tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001).
Pada saat ini terdapat sejumlah madrasah ibtidaiyyah dan TPQ yang berupaya
mengembangkan ALA tersebut. Pengembangan diarahkan pada pembelajaran
kemampuan dasar bahasa Arab.
Pembelajaran ALA menduduki tempat yang strategis dalam konteks
pembelajaran bahasa Arab secara umum di Indonesia. Di samping karena jumlah
lembaga pendidikan dasar -baik formal maupun non-formal- sangat besar, juga karena
anak-anak pada usia pendidikan dasar tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar
bahasa terutama yang terkait dengan oral skill.
Permasalahan muncul karena guru kelas pada pendidikan dasar ini umumnya
tidak disiapkan untuk mengajar ALA. Di antara mereka memang ada yang memiliki
latar belakang pendidikan bahasa Arab, akan tetapi tidak secara khusus disiapkan
sebagai guru ALA.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan pembelajaran ALA bagi guru-guru bahasa Arab. Pengetahuan
praktis tentang pemilihan materi, strategi, dan media pembelajaran ALA mungkin
akan membantu para guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran ALA baik di
lembaga pendidikan formal maupun non-formal.
Artikel ini akan memaparkan secara garis besar strategi yang mungkin dapat
ditempuh oleh para guru bahasa Arab dalam pembelajaran ALA.
KURIKULUM ALA
Pembelajaran bahasa Arab untuk pendidikan tingkat dasar, utamanya di
Madrasah Ibtidaiyah, selama ini mengacu kepada Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah
Tahun 1994. Dalam kurikulum tersebut bahasa Arab disajikan mulai kelas 4. Sebagai
perbandingan, untuk Sekolah Dasar, bahasa asing tidak secara jelas disebutkan dalam
kurikulum. Dalam surat keputusan Mendiknas No. 0487/4/1992 Bab VIII disebutkan
bahwa sekolah dasar dapat memasukkan pelajaran tambahan dalam kurikulumnya
sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Berkenaan dengan
kebijakan tersebut terbit surat keputusan lain No. 060/U/1993 yang menyatakan bahwa
bahasa Inggris dapat dikenalkan kepada siswa kelas 4 sekolah dasar.
٣
Untuk mendukung kebijakan mengenai pembelajaran bahasa asing di tingkat
dasar tersebut beberapa daerah telah memasukkan bahasa Inggris ke dalam muatan
lokal. Sebagai contoh Depdiknas Jawa Timur telah mengesahkan kurikulum lokal
bahasa Inggris dengan surat keputusan No. 172/104/4/94/SK. Dalam kurikulum
muatan lokal tersebut antara lain disebutkan bahwa setelah menyelesaikan pendidikan
dasar, siswa diharapkan dapat menguasai bahasa Inggris sederhana yang melipui 500
kosa kata. Kurikulum lokal tersebut memuat tujuan pembelajaran, materi, metodologi,
dan evaluasi (E. Suyanto, 2000).
KARAKTERISTIK GURU DAN SISWA
Peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, terlebih lagi pada
pendidikan tingkat dasar. Guru sebagai bagian penting dari proses pembelajaran
memiliki fungsi perencanaan (at-takhthith), implemantasi (at-tanfidz), dan evaluasi
(at-taqwim) (Cooper, 1979).
Ketiga fungsi tersebut harus dapat dijalankan oleh setiap guru termasuk guru
dalam pembelajaran ALA. Menurut pengamatan, para guru ALA di taman kanakkanak
(TKQ/TPQ) dan sekolah dasar (SDI/MI) umumnya tidak memiliki latar
belakang pendidikan bahasa Arab. Hanya sedikit di antara mereka pernah mengikuti
pelatihan tentang pembelajaran bahasa Arab untuk anak.
Akhir-akhir ini perhatian masyarakat terhadap pembelajaran bahasa asing
untuk anak semakin besar. Khususnya bahasa Inggris dan Arab. Hal itu diikuti pula
oleh upaya-upaya pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh para ahli dan
guru-guru bahasa.
Kenyataan tersebut memberi dampak positif pada profesi pembelajaran bahasa
asing untuk anak. Dalam konteks ALA, itu berarti bahwa guru ALA dituntut memiliki
keterampilan khusus (profesional) untuk mengajarkan bahasa Arab pada siswa taman
kanak-kanak dan sekolah dasar. Di samping memiliki kemampuan bahasa Arab yang
baik, guru ALA hendaknya juga memiliki sifat dan sikap aktif, kreatif, menyenangkan,
dan terbuka. Philip (1995, dalam E. Suyanto, 2000) menyatakan bahwa membantu
siswa untuk belajar dan berkembang itu lebih penting dari pada sekedar mengajarkan
bahasa. Itu berarti bahwa apabila kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa itu
menyenangkan, akan berkesan dan mudah diingat oleh siswa.
٤
Beberapa karakteristik tersebut menjadi semakin penting untuk dimiliki oleh
guru ALA karena siswa yang akan mereka hadapi dalam pembelajaran juga memiliki
karakteristik khusus sebagai anak-anak yang perlu dihadapi dengan strategi khusus
pula oleh guru.
Pemelajar anak-anak umumnya masih belajar tentang lingkungan mereka.
Mereka gemar berbicara tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), mainan,
dan teman bermain. Mereka senang berlari-lari kesana kemari dan senang belajar
sesuatu dengan cara langsung mempraktekkannya seperti bernyanyi, bermain,
mewarnai, dan menggunting gambar. Anak-anak cenderung senang bertanya. Hal itu
karena secara sosial, mereka perlu mengembangkan serangkaian karakteristik yang
memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka
berada (E. Suyanto, 200)
Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan beberapa karakeristik anak.
Menurutnya, anak-anak (1) dapat mengutarakan sesuatau yang akan mereka kerjakan,
(2) dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka kerjakan dan mereka dengar, (3)
belajar sambil bekerja (learning by doing), (4) dapat berargumentasi, dan (5) dapat
menggunakan pola-pola intonasi bahasa ibu.
Sementara itu Furaidah (dalam Ainin 1999) mengemukakan beberapa
karakterisik anak sebagai pemelajar bahasa. Menurutnya, anak-anak (1) memiliki
kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2) memahami hal-hal di
sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik, (3) belajar bahasa melewati
suatu masa yang disebut dengan periode bisu (fatrotush shumti). Artinya, pada awal
belajar bahasa, anak-anak hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara; (4)
cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan (iktisab), yaitu suatu pengembangan
kemampuan berbahasa secara alamaiah, bukan mempelajari bahasa secara formal
dengan mengkaji aturan-aturan bahasa (Krashen, 1985); dan (5) pada usia sekolah
dasar pada umumnya berada pada taraf berpikir secara konkret.
Agar pembelajaran ALA dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang
telah dicanangkan, profesionalisme guru ALA yang diwujudkan dengan pemenuhan
kriteria-kriteria tersebut sangat diperlukan. Sehingga karakteristik siswa seperti
disebutkan di atas tidak akan menjadi kendala pembelajaran bagi guru, tetapi
sebaliknya justru akan menjadi pendorong tercapainya tujuan pembelajaran.
٥
PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik individual siswa yang
menyangkut perkembangan emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial, dan
lingkungan budaya.
Pada dasarnya pembelajaran ALA juga harus berpijak pada prinsip-prinsip
umum tersebut. Di samping itu, ada prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan
sesuai dengan karakteristik anak. Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di
antaranya Scott, Lee, dan Borridge (dalam Rachmayanti, 2000) mengemukakan
beberapa prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
Pertama, berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah,
sekolah, mainan, dan teman bermain. Kedua, berangkat dari sesuatu yang sudah
diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum
diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya dari lingkungan rumah ke
lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke
lingkungan sekolah. Ketiga, pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi
interes anak Keempat, pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana.
Kelima, tugas-tugas diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan. Keenam, bahan
pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan nonfiksi/
konkrit. Ketujuh, materi diorentasikan kepada pelaksanaan silabus dan
pengembangan dua komponen bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) Kedelapan, budaya nasional
dan asing dikenalkan secara bertahap. Kesembilan, pokok-pokok pembelajaran dan
tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar
STRATEGI PEMBELAJARAN ALA
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya
terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA dan
karakteristik siswa yang akan diajar. Karakteristik siswa tersebut antara lain seperti
yang telah disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang
berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan
sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5)
٦
cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan
sesuatu karena dorongan dari luar.
Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi
pembelajaran ALA yang sesuai. Salah satu karakteristik siswa adalah bahwa
pengetahuan mereka masih terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang
terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua
(bapak/ibu), saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan
sekolah, dan teman bermain.
Di samping itu, ada pertimbangan lain yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam memilih materi sebagaimana dikemukakan oleh Dick dan Carey (1985), antara
lain apakah materi pembelajaran (1) cukup menarik, (2) isinya relevan, (3) urutannya
tepat, (4) mengandung informasi yang dibutuhkan oleh siswa, (5) berisi soal latihan,
dan (6) berisi jawaban untuk latihan yang diberikan.
Asy-Sya’ban (dalam Ainin, 2002) mengemukakan beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru dalam pemilihan materi, yaitu materi pembelajaran dimulai (1)
dari hal yang diketahui oleh siswa ke hal yang belum diketahui, (2) dari yang paling
mudah ke yang paling sulit, (3) dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks,
(4) dari yang kongkrit ke yang abstrak, dan (5) dari yang praktis ke yang teoritis.
Di muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik siswa usia kanakkanak
adalah bahwa mereka senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan
pertimbangan oleh guru dalam memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai
kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan
siswa. Dengan demikian akan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang
mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut
sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan kuminaksi multi arah.
Untuk memotivasi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, guru
dapat melakukan variasi. Variasi ini bisa dilakuan dari segi materi, metode/teknik,
media, dan tempat. Motivasi juga bisa diberikan kepada siswa dalam bentuk hadiah
berupa pujian, nasihat/himbauan, nyanyian, barang, dan pemaparan hasil karya.
Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu
melihat salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang
bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk
٧
pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain
sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena
pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktifitas. Guru hendaknya dapat
mengemas aktifitas tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran. Beberapa
bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran ALA misalnya (1) lagu
(al-qashidah/alghina’), (2) cerita (al-qishshah), dan (3) permainan (al-la’b). Ketiga
bentuk permainan tersebut akan dikemukakan secara garis besar dalam artikel ini.
Lagu/Nyanyian (Al-Qashidah/Al-Ghina’)
Anak-anak dalam berbagai umur pada dasarnya senang mendengarkan,
menyanyikan, dan belajar dengan nyanyian/lagu. Oleh karena itu, musik secara umum
merupakan bagian penting dari proses belajar-mengajar bagi siswa kanak-kanak.
Hampir semua bentuk nyanyian –dari yang tradisional sampai dengan yang pop- dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa guru hendaknya dapat memilih/menyeleksi –atau menciptakan- lagu yang dapat
digunakan, baik untuk menyanyi bersama maupun untuk menyanyi sambil melakukan
kegiatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lagu untuk pembelajaran ALA
antara lain (1) syair atau kata-kata dalam lagu hendaknya jelas, (2) bahasa yang
digunakan dalam lagu tersebut tidak terlalu sulit, (3) tema lagu dipilih yang sesuai
dengan dunia anak, (4) lagu tidak terlalu panjang, dan (5) lagu diupayakan memiliki
keterkaitan dengan materi yang diajarkan (Anugerahwati, 2000). Beberapa contoh lagu
dapat dilihat pada bagian akhir artikel ini.
Di antara tujuan penggunaan lagu untuk pembelajaran ALA di dalam kelas
adalah untuk (1) membuat kaitan antara kegiatan dan obyek/benda dengan kata-kata,
(2) meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab, (3) mengembangkan kepekaan ritme, dan
(4) menghafal kosakata tertentu.
Cerita (Al-Qishshah)
Seperti halnya lagu, cerita juga merupakan hal penting dalam pembelajaran
ALA. Mendengarkan cerita yang dibacakan atau diceritakan oleh guru merupakan
kegiatan yang disenangi oleh siswa kanak-kanak. Namun demikian, siswa yang lebih
besar dapat diminta untuk melakukan sesuatu selama mendengarkan cerita, misalnya
٨
menggambar sesuatu yang ada dalam cerita, atau diminta membuat cerita dari
rangkaian gambar atau kartun.
Ada dua kegiatan yang dapat dilakukan guru dengan cerita, yaitu menceritakan
cerita dan membacakan cerita. Dalam menceritakan cerita, guru tidak membawa buku
dan tidak terpaku pada cerita yang akan diceritakan. Guru dapat mengapresiasi cerita
yang sedang diceritakannya itu dengan sedikit mengubah atau menyesuaikan
bahasanya dengan tingkatan anak-anak. Dalam membaca cerita, guru membaca cerita
dari buku dengan suara yang keras. Untuk keperluan ini sebaiknya guru menggunakan
buku besar yang dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa. Kegiatan dalam kelas
cerita ini dapat bervariasi sesuai dengan umur siswa. Siswa yang lebih kecil dapat
diminta untuk “mendengarkan dan melakukan” (al-istima’ wal ‘amal), “mendengarkan
dan menirukan” (al-istima’ wattardid), atau “memantomimkan” (at-taqlid/at-tahrij).
Di sisi lain, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk melakukan kegiatan
yang lebih kompleks seperti “mendengarkan dan menggambarkan route” (al-istima’
wa rasmuththariq), “melihat dan menceritakan cerita” (al-musyahadah wal hikayah),
atau “mendramatisasikan cerita” (at-tamtsil).
Agar pembelajaran dengan menggunakan cerita dapat berjalan dengan baik,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: (1) guru hendaknya
menyiapkan kerangka cerita, (2) guru menyajikan cerita dengan suara yang keras dan
jelas, (3) guru hendaknya menggunakan ekspresi, mimik, gerakan, dan isyarat, (4)
guru hendaknya menggunakan kontak pandang dengan siswa, (5) guru perlu
menyiapkan siswa untuk mendengarkan cerita dengan mengemukakan beberapa
pertanyaan pancingan, dan (6) guru hendaknya selalu memperhatikan waktu.
Permainan (Al-la’b)
Anak-anak pada umumnya memiliki permainan favorit yang sering mereka
lakukan. Karena pada dasarnya dunia anak adalah dunia bermain. Guru dapat
memanfaatkan permainan mereka itu dalam pembelajaran ALA. Beberapa permainan
dapat dilakukan di dalam kelas, ada juga yang lebih baik dilakukan di luar. Adalah
tugas guru untuk memilih permainan yang sesuai dengan anak-anak dan lingkungan.
Akan tetapi perlu diingat oleh guru bahwa permaian yang dilakukan dalam
pembelajaran ALA ini bukanlah tujuan utama, akan tetapi sebagai salah satu cara
untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu pemerolehan bahasa Arab.
٩
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan oleh guru
dalam memilih dan mengembangkan permainan untuk kelas ALA, yaitu: (1) guru
hendaknya memilih permainan yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan
bahasa Arab, (2) guru hendaknya memilih permainan yang dapat melibatkan seluruh
kelas, (3) guru dapat menggunakan permainan sebagai selingan, atau pancingan, (4)
guru hendaknya tidak memilih permainan yang dapat mendorong siswa bersikap
agresif, dan (5) guru sebaiknya tidak menggunakan permainan untuk jam pelajaran
penuh (Anugerahwati, 2000).
Sebelum memulai permainan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1)
menginformasikan kepada siswa bahwa kelas akan melakukan permainan. Hal ini
perlu agar mereka siap secara fisik dan mental untuk bermain, (2) mengelompokkan
siswa sesuai dengan kebutuhan permainan, (3) menjelaskan aturan permainan sejelas
mungkin, dan yakin bahwa setiap siswa sudah memahami aturan tersebut, (4) melatih
siswa mengenai aspek-aspek kebahasaan yang akan disajikan dalam permainan, dan
(5) memberikan contoh permainan sehingga siswa mengetahui dengan baik bagaimana
permainan itu harus dilakukan.
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ALA sangatlah
strategis bagi pengembangan bahasa Arab secara umum di Indonesia, terutama karena
besarnya jumlah lembaga pendidikan tingkat dasar, baik formal maupun non-formal.
Agar pembelajaran ALA dapat berjalan effektif dan effisien, diperlukan
pemahaman yang baik oleh guru mengenai berbagai aspek pembelajaran ALA seperti
strategi pembelajaran, pemilihan dan pengembangan materi, metode dan teknik,
media, dan evaluasi.
Disamping itu, guru juga perlu mengetahui dengan baik karakteristik anak
sebagai siswa. Karakteristik siswa tersebut misalnya, siswa (1) masih belajar dan
senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang
mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang
bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan pengharagaan, dan (6) cenderung mau
melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Di antara teknik pembelajaran yang relevan dengan karakteristik anak tersebut
adalah (1) lagu/nyanyian, (2) cerita/dongeng, dan (3) permainan. Untuk dapat
١٠
menerapkan dengan benar ketiga teknik tersebut dalam pembelajaran ALA, guru
dituntut untuk kreatif, tidak saja dalam penciptaan dan penggunaan strategi
pembelajaran, tetapi juga dalam pemanfaatan berbagai macam permainan dalam
pembelajaran ALA.
DAFTAR RUJUKAN
Ainin. 2002. Pemilihan Materi Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak-anak. Makalah
tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Anugerahwati. 2000. Material Selection and Development: Games, Songs, and
Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Cooper, James M. 1979. The Teacher as Decision Maker. Classroom Taching Skills;
A Handbook. Massachsetts: D.C Heath ang Company
Dick, Walter dan Carey, Lou. 1985. The Systemic Design of Instruction. London:
Scott, Foresman and Company.
Effendy. 2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang: Fakultasa Sastra UM.
E. Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah tidak diterbitkan. Malang Universitas
Negeri Malang
Muhaiban .2002. Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak. Makalah Tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas sastra UM.
Rachmayanti. 2000. Maerial Selection and Development: Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Scott, Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New
York: Longman
١١
Lampiran:
Contoh Lagu
١ ا ب ج د
ا ب ج د ه و ز
ح ط ي ك ل م ن
س ع ف ص ق ر ش
ت ث خ ذ ض ظ غ
عرف ُ ت ا ب ج د
رغم أني صغير
١٢
٢ إذا أنت مسرور
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد  دس برجليك
إذا أنت سعيد  دس برجليك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد  دس برجليك
٣ الفأر
الفأر حيوان ضا  ر قذر
حا  د الأسنان يتلف ما يصل
X إليه من الطعام أو المتاع ٢
القط هو عدو الفيران
الفأر دائما يخرج في الليل

Tidak ada komentar: