Selasa, 22 Juli 2008

CTL


١
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAHASA ARAB
DI SEKOLAH MENENGAH UMUM (SMU) DAN MADRASAH ALIYAH (MA)
Muhaiban
Abstrak: Pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsep pembelajaran yang
mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata bertujuan
membekali siswa dengan pengatahuan yang secara fleksibel dapat ditransfer
dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain. Hal itu dapat dicapai
dengan strategi: relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transfering. Strategi itu akan efektif apabila didukung oleh: pembelajaran
bermakna, penerapan pengetahuan, berfikir tingkat lebih tinggi, kurikulum
yang dikembangkan berdasarkan standar, responsifitas terhadap budaya, dan
penialaian autentik.
Kata-kata kunci: Bahasa Arab SMU, Bahasa Arab MA,
Pembelajaran Kontekstual.
Pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing di Indonesia dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan pemikiran para ahli pengajaran
bahasa. Pada tahun tujuhpulahan para pengajar bahasa asing di SMU dan MA banyak
menerapkan pendekatan audiolingual. Hal itu sesuai dengan amanat kurikulum yang berlaku
saat itu. Keadaan tersebut berlangsung sampai tahun sembilanpuluhan. Dengan ditetapkannya
kurikulum SMU/MA tahun 1994, yang mengamanatkan penggunaan pendekatan komunikatif
dalam pembelajaran bahasa asing, maka berkembanglah sejak saat itu pendekatan
komunikatif di sekolah dan madrasah. Penggunaan pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa asing tersebut masih berlangsung sampai sekarang.
Di Indonesia saat ini tengah dikenalkan dan dikembangkan sebuah pendekatan
pengajaran dan pembelajaran yang dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pengembangan tersebut dilakukan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Pendekatan pembelajaran ini diupayakan untuk dikembangkan dalam rangka
menjawab berbagai persoalan pembelajaran. Misalnya, bagaimana cara terbaik untuk
menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu sehingga siswa
dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana seorang
Muhaiban adalah dosen pada Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri
Malang (FS-UM).
٢
guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya tentang alasan
dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Bagaimana cara
membuka wawasan berpikir yang beragam dari para siswa, sehingga mereka dapat
mempelajari berbagai konsep dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata (Depdiknas
(2002). Itu semua adalah persoalan dan sekaligus tantangan pembelajaran yang menuntut para
guru untuk melakukan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
kontekstual dicoba untuk diperkenalkan sebagai salah satu jawaban dari persoalan-persoalan
tersebut.
Pendekatan pembelajaran kontekstual ini sebenarnya bukanlah hal baru. John Dewey
telah memperkenalkan pendekatan ini untuk pertama kali pada awal abad ke 20 di Amerika
Serikat (Depdiknas, 2002:7). Pendekatan ini telah berkembang di berbagai negara maju
dengan nama yang berbeda. Di Amerika Serikat pendekatan ini berkembang dengan nama
Contextual Teaching and Learning (CTL). Di negeri Belanda berkembang apa yang disebut
dengan Realistik Mathematics Education (RME) dalam pembelajaran matematika (Depdiknas,
2002:3).
Sebagai sebuah pendekatan pengajaran dan pembelajaran, CTL dapat diterapkan
dalam pengajaran dan pembelajaran berbagai mata pelajaran, termasuk bahasa Arab.
Artikel ini berupaya memaparkan hal-hal yang terkait dengan CTL dan penerapannya
dalam pengajaran dan pembelajaran BA di SMU dan MA.
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengkaitkan isi mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001).
Blanchard (dalam Nur, 2001) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual menekankan adanya proses berpikir tingkat lebih
tinggi, alih pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, analisis dan sintesa informasi dan data
dari berbagai sumber dan pandangan.
٣
Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengatahuan yang
secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan yang
lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya (Depdiknas, 2002:4).
Pembelajaran kontekstual mrupakan konsep yang didukung oleh berbagai penelitian
aktual dalam ilmu kognitif dan teori-teori tentang tingkah laku yang secara bersaaama-sama
mendasari konsepsi dan proses pembelajaran kontekstual (Depdiknas, 2002:5).
Untuk dapat menerapkan pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontekstual ini dengan
baik, perlu diperhatikan 6 (enam) unsur kunci dalam pendekatan tersebut (Depdiknas,
2002:11—12). Enam kunci itu adalah sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran bermakna. Siswa dilibatkan secara aktif dalam pengalama
dunia nyata yang dapat memotivasi mereka untuk menghubungkan persepsi, nilai, dan makna
pribadi dengan materi yang dipelajari.
Kedua, penerapan pengetahuan. Diupayakan agar siswa dapat menerapkan materi
yang dipelajarinya dalam tatanan dan fungsi lain pada masa sekarang dan mendatang.
Ketiga, berfikir tingkat lebih tinggi. Siswa dilatih untuk berfikir secara kritis dan
kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu issu, atau memecahkan suatu masalah.
Keempat, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. Materi pengajaran
berhubungan dengan beragam standar lokal, regional, nasional, industri, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dunia kerja.
Kelima, responsif terhadap budaya. Pengajar hendaknya memahami dan menghormati
nilai, keyakinan, dan kebiasaan siswa, sesama pengajar, dan masyarakat tempat mereka
mengajar.
Keenam, penialaian autentik. Perlu diupayakan penggunaan berbagai macam strategi
penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar yang diharapkan dari siswa (misalnya
penialaian proyek/tugas terstruktur, kegiatan siswa, rubrik, daftar cek, atau pedoman
observasi).
Dengan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pola pembelajaran kontekstual berbeda
dengan pola pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut secara umum dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
٤
Tabel 1 Perbedaan antara pola pembelajaran kontekstual dan konvensional
Kontekstual Konvensional
• Menyandarkan pada memory
Spasial
• Menyandarkan kepada hapalan
• Pemilihan informasi
berdasarkan
Kebutuhan individu individu siswa
• Pemilihan informasi dilakukan
oleh
Guru
• Cenderung mengintegrasikan
Beberapa bidang (disiplin)
• Cenderung terfokus pada satu
bidang (disiplin) tertentua
• Selalub mengkaitkan informasi
Dengan dengan pengetahuan awal
yang telah dimiliki siswa
• Memberikan tumpukan
informasi
kepada siswa sampai pada saatnya
diperlukan
• Menerapkan penilaian autentik
melalui penerapan praktis dalam
pemecahan masalah
• Penilaian hasil belajar hanya
melalui kegiatan akademik berupa
ujian/ulangan
(Depdiknas, 2002)
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Untuk menerapkan pengajaran dan pembelajaran kontekstual, telah diperkenalkan
beberapa strategi oleh Universitas Washington (dalam Nur, 2001). Berikut ini diuraikan
secara singkat strategi tersebut.
Pengajaran Autentik
Pengajaran autentik adalah pengajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam
konteks bermakna. Strategi ini mengutamakan keterampilan berfikir dan pemecahan masalah
yang merupakan keterampilan penting dalam tatanan kehidupan nyata.
Pembelajaran Berbasis Inquiri
Pembelajaran berbasis inquiri ini merupakan strategi pembelajaran yang berpola
metode sains. Strategi ini memberikan kesempatan siswa untuk belajar dalam suasana penuh
kebermaknaan. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir
٥
kritis dan terampil memecahkan masalah, dan untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial.
Pembelajaran Berbasis Kerja
Pembelajaran berbasis kerja adalah suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan
siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari isi mata pelajaran berbasis
sekolah dan bagaimana isi pelajaran tersebut digunakan dalam tempat kerja.
Sementara itu, Blanchard (dalam Nur, 2001) mengemukakan 6 (enam) strategi CTL
yaitu: (1) penekanan pada pemecahan masalah, (2) kesadaran mengenai perlunya dilakukan
kegiatan pengajaran dan pembelajarn dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan
tempat kerja; (3) pembimbingan siswa untuk memantau dan mengarahkan pembelajaran
mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri, (4) penekanan pada pembelajaran dalam
konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, (5) dorongan kepada siswa untuk belajar dari
dan bersama teman-temannya, (6) penggunaan penialaian autentik
Sementara itu, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual, Center for Occupational
Research and Development (CORD) (dalam Depdiknas, 2002) mengenalkan 5 strategi
pembelajaran yang disingkat REACT, yaitu: (1) Relating, maksudnya adalah belajar dikaitkan
dengan konteks pengalaman kehidupan nyata, (2) Experiencing, yaitu belajar ditekankan
kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan ( invention); (3)
Applying, yaitu belajar di mana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks
pemanfaatannya, (4) Cooperating, yaitu belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan
pemakaian bersama, (5) Transfering, yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan dalam
situasi dan konteks baru.
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Seperti telah dikemukakan di muka, penilaian dalam pembelajaran kontekstual
didasarkan pada penilaian autentik, yaitu penilaian melalui penerapan praktis dalam
pemecahan masalah. Pola penilaian dalam pembelajaran kontekstual ini, sebagaimana juga
tampak dalam tabel 1, berbeda dengan penilaian dalam pembelajaran tradisional atau
konvensional. Dalam strategi penilaian pembelajaran kontekstual tidak dikenal kriteria benar
atau salah. Pokok permasalahn penilaian pembelajaran kontekstual ini terletak pada
kemampuan guru memilih cara penilaian untuk menentukan apa yang telah siswa ketahui dan
٦
apa yang dapat dia lakukan. Suatu alat ukur atau strategi penilaian dalam pembelajaran
kontekstual dapat dikatakan baik apabila memempunyai kaitan yang signifikan dengan tujuan
dan dampak nyata dari materi pelajaran. Penilaian autentik dengan demikian adalah
penilaian yang dapat mengukur penerapan pengetahuan di dalam berbagai konteks autentiks.
Penilaian autentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang benar dan akurat
mengenai apa yang diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa, atau tentang kualitas program
pendidikan. Penilaian mengenai apakah pengetahuan dan keterampilan telah dipelajari dengan
baik, termasuk juga penilaian mengenai pemanfaatannya dalam konteks kehidupan nyata
yang bermakna (Depdiknas, 2002).
Berdasarkan pengertian dan kriteria penilaian pembelajaran kontekstual yang telah
diuraikan, maka strategi penilaian yang cocok tampaknya merupakan gabungan antara
berbagai teknik penilaian berikut (Depdiknas, 2002).
Pertama, penilaian kinerja. Penilaian ini dikembangkan untuk mentes kemampuan
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan siswa pada berbagai situasi nyata dfan
dalam konteks tertentu. Penilaian kinerja ini dapat berbentuk pertanyaan terbuka atau pilihan
ganda. Penilaian ini dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan masalah,
tugas analisis, atau tugas-tugas lain yang memungkinkan siswa mendemonstrasi-kan
kemampuannya untuk mewujudkan tujuan dan dampak nyata tertentu.
Kedua, obervasi sistematik. Penialaian ini bermanfaat untuk memperoleh informasi
tentang dampat nyata kegiatan pembelajaran terhadap sikap siswa. Secara berkala siswa
diobservasi dan hasilnya dicatat untuk menginterpretasikan apakah petunjuk siswa sesuai
dengan tujuan dan dampak nyata pembelajaran yang telah ditentukan.
Ketiga, portfolio. Portfolo adalah kumpulan berbagai keterampilan, ide, minat, dan
keberhasilan atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994 dalam Depdiknas,
2002) yang memberikan gaambaran perkembangan siswa setiap saat. Portfolio tidak selalu
dalam bentuk tulisan. Siswa yang memiliki keterbatasan dalam menulis dapat menyampaikan
hasil belajarnya dengan menggunakan gambar, model fisik atau alat peraga.
Keempat, jurnal sains. Jurnal sains merupakan media bagi siswa untuk merefleksikan
atau mengkaitkan pemikirannya dengan pemikiran sebelumnya. Dengan jurnal siswa dapat
menuliskan ide-ide, minat, dan pengalaman yang didapatnya selama proses belajar.
٧
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI SMU DAN MA
Bahasa Arab (BA) telah diberlakukan di SMU sejak tahun 1975 dengan diberikannya
tempat bagi BA pada Kurikulum SMU Tahun 1975. Sejak saat itu eksistensi BA di SMU
semakin mantap. Pada Kurikulum SMU Tahun 1984, BA sebagai bahasa asing pilihan
disajikan untuk Jurusan A3 dan A4 selama 4 (empat) semester, dan pada kurikulum SMU
Tahun 1994 BA untuk Jurusan Bahasa dengan alokasi waktu 9 (sembilan) jam per minggu
selama 2 (dua) semester (Muhaiban, 2001).
Data secara nasional mengenai jumlah SMU yang menyajikan BA belum didapatkan,
namun untuk Jawa Timur, BA adalah bahasa asing pilihan yang paling banyak disajikan di
SMU (60%), yaitu 40 SMU Negeri dan 310 SMU Suasta (Effendy, 2001).
Pendekatan pengajaran dan pembelajaran BA di SMU dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan pengajaran dan pembelajaran bahasa
pada umumnya. Kurikulum SMU Tahun 1994 mengamanatkan agar pendekatan dan metode
pengajaran dan pembelajaran BA di SMU menggunakan pendekatan audiolingual dan
pendekatan komunikatif (Effendy, 2001).
Sementara itu, BA merupakan mata pelajaran wajib di MA dan menjadi mata
pelajaran pilihan bagi Program Bahasa. Data secara nasional mengenai jumlah MA yang
menyajikan BA adalah 381 madrasah negeri dan 2.027 madrasah suasta (Dhofier, 1994 dalam
Effendy, 2001).
Adapun pendekatan pengajaran dan pembelajaran BA yang diterapkan di MA tidak
berbeda dengan pendekatan yang digunakan di SMU, yaitu pendekatan audiolingual dan
pendekatan komunikatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Fithratin Nufus (2000) tentang Penerapan Pendekatan
Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Arab pada Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) se
Kabupaten Gresik menunjukkan bahwa mayoritas guru BA di MA telah menerapkan
pendekatan komunikatif tersebut dalam proses belajar mengajar BA.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAHASA ARAB DI SMU DAN MA
Untuk dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan baik, guru
bahasa Arab SMU maupun MA terlebih dahulu perlu memahami konsep pembelajaran
kontekstual tersebut. Konsep yang dimaksud meliputi pengertian, tujuan, prinsip-prinsip
pembelajaran, strategi, dan sistem evaluasi pembelajaran. Dengan pemahaman yang baik
٨
mengenai konsep pembelajaran tersebut, guru tidak akan terjebak pada pembelajaran
konvensional atau tradisional yang banyak mewarnai pembelajaran di dalam kelas selama ini.
Setelah konsep pembelajaran kontekstual tersebut difahami dengan baik, agar
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif, guru hendaknya melakukan langkah-langkah
seperti diuraikan berikut ini.
Telaah Konsep Materi Pembelajaran
Sebelum guru memulai proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, guru
hendaknya terlebih dahulu menelaah konsep atau teori yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari oleh siswa. Materi yang akan dipelajari oleh siswa tersebut secara umum telah
tergambar pada kurikulum. Guru perlu mencermati materi tersebut dari sisi konsep atau teori.
Dengan pemahaman yang baik tentang konsep materi pelajaran, guru akan mempunyai
gambaran mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan selanjutnya seperti pemilihan
materi pembelajaran, penetapan metode dan pendekatan pembelajaran, penentuan media atau
alat bantu pembelajaran, strategi yang akan dipilih dalam pembelajaran, dan bentuk evaluasi
yang akan digunakan.
Materi pembelajaran bahasa Arab MA program bahasa dan meteri bahasa Arab SMU,
dilihat dari Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) nya, sebenarnya tidak berbeda.
Guru dapat menelaah konsep materi yang relevan untuk disajikan dengan pendekatan
kontekstual tersebut melalui pokok bahasan atau tema dan anak tema yang telah tertuang
dalam GBPP.
GBPP bahasa Arab kurikulum SMU dan MA program bahasa Arab tahun 1994
disamping menyajikan tema dan anak tema, telah pula memuat keterampilan fungsional dan
contoh-contoh ungkapan komunikatif yang harus dikuasai siswa. Sebelum guru menerapkan
pembelajaran kontekstual di dalam kelas, teori mengenai tema, anak tema, dan keterampilan
fungsional tersebut hendaknya telah benar-benar dikuasai oleh guru.
Pemahaman Latar Belakang Siswa
Guru hendaknya juga berupaya untuk mengetahui dan memahami latar belakang dan
pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. Pemahaman latar
belakang dan pengalaman hidup siswa oleh guru ini penting karena dalam pembelajaran
kontekstual, latar belakang dan pengalaman siswa merupakan “modal” bagi guru dalam
٩
pembelajaran. Guru dapat mengkaitkan“modal” itu dengan konsep baru yang dipelajari siswa.
Dengan pengkaitan seperti itu konsep baru yang dipelajari siswa akan lebih mudah diterima,
di samping akan terjadi pula proses asimilasi dan asosiasi.
Proses asimilasi dianggap berhasil apabila konsep baru yang dipelajari dapat
menambah atau memperkaya pemikiran dan pengalaman yang telah dimiliki siswa
sebelumnya. Sedangkan proses asosiasi akan terjadi apabila konsep baru tersebut dapat
mengubah atau memperbaiki pemikiran dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya
(Depdiknas, 2002).
Pemahaman latar belakang itu termasuk latar belakang pengetahuan bahasa Arab
siswa. Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab di SMU dan MA perlu disadari oleh guru
bahwa latar belakang pengetahuan bahasa Arab siswa relatif bervariasi. Para siswa SMU atau
MA yang berasal dari Madrasah Tsanawiya (MTs), apalagi MTs di lingkungan pondok
pesantren, kemampuan bahasa Arabnya relatif baik bila dibanding mereka yang berasal dari
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Hiteroginitas latar belakang pengetahuan bahasa
Arab siswa ini perlu mendapatkan perhatian secara khusus dari guru, agar guru dapat
menetapkan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa tersebut.
Di samping itu, perlu juga disadari bahwa guru di dalam kelas mungkin sekali akan
mengajar siswa dengan berbagai keragaman latar belakang sosial dan budaya yang kompleks.
Misalnya latar belakang suku bangsa, agama, status sosial-ekonomi, dan juga bahasa. Hal
tersebut hendaknya difahami oleh guru dan menjadi perhatiannya sebelum dia melaksanakan
pembelajaran. Dengan demikian guru akan dapat memanfaatkan kompleksitas keragaman
tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran
Pemahaman Lingkungan
Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman mengenai lingkungan belajar dan
tempat tinggal siswa perlu dimiliki oleh guru. Guru hendaknya juga bisa mengkaitkan
lingkungan belajar dan tempat tinggal siswa itu dengan konsep atau teori yang akan
dipelajari.
Guru bahasa Arab SMU dan MAN hendaknya menyadari bahwa pembelajaran
kontekstual menuntut adanya lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan prinsip-prinsip
pendekatan ini. Guru hendaknya memahami betul lingkungan itu sehingga dapat
memanfaatkannya dengan baik dalam pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud tidaklah
terbatas pada ruangan kelas, tetapi meliputi berbagai aspek lingkungan belajar seperti
١٠
laboratorium bahasa, laboratorium komputer, tempat bekerja, masjid, ladang, sawah, studio,
dan tempat-tempat lain yang dapat mendukung proses pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual mendorong para guru untuk memilih dan mendesain
lingkungan belajar yang memungkinkannya untuk mengkaitkan berbagai bentuk pengalaman
dan latar belakang siswa dengan konsep yang akan dipelajari.
Lingkungan yang telah dipilih atau didesain oleh guru tersebut memungkinkan siswa
untuk mendapatkan hubungan yang bermakna antara pikiran-pikiran yang abstrak dan
penerapan yang praktis dalam dunia nyata. Konsep dapat dipahami oleh siswa melalui proses
penemuan dan pengkaitan..
Penyusuan Rancangan Pembelajaran
Langkah terakhir yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan pembelajaran
kontekstual di dalam kelas adalah menyusun rancangan pembelajaran. Dalam menyusun
rancangan ini, hendaknya guru mempertimbangkan dan mengkaitkan konsep atau teori yang
akan dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkugan hidup mereka.
Di samping itu, guru dalam menyusun rancangan pembelajaran perlu menyesuaikan
dengan perkembangan mental siswa. Pemilihan materi dan metode yang akan diterapkan
dalam pembelajaran hendaknya didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan
perkembangan intelektual siswa. Dengan demikian karakteristik individual, kondisi sosial,
dan lingkungan budaya siswa hendaknya menjadi perhatian guru dalam merencanakan
pembelajaran.
Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam mengimplemantasikan pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru
hendaknya dengan tak henti-hentinya mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang
dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Di
samping itu, hendaknya guru juga mengkaitkan apa yang sedang dipelajari itu dengan
fenomena kehidupan sehari-hari.
Implementasi pembelajaran kontekstual di dalam kelas dapat dimulai dengan
melemparkan suatau permasalahan yang terkait dengan kehidupan nyata siswa. Guru
melibatkan siswa dalam pengamatan dan penelitian untuk pemecahan masalah. Hal itu dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai materi
pembelajaran.
١١
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran, guru dapat membentuk
kelompok-kelompok belajar yang saling memiliki ketergantungan antara satu dengan yang
lain. Dengan kelompok-kelompok tersebut siswa dapat belajar dan memecahkan masalah
bersama teman-temannya di dalam kelompok. Di samping itu, mereka juga dapat berlatih
bekerjasama dengan kelompok atau teman yang lain.
Dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, guru hendaknya menggunakan
teknik-teknik bertanya yang efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,
mempercepat proses pemecahan masalah, dan meningkatkan keterampilan berfikir siswa.
Untuk itu perlu dicari dan dirancang berbagai jenis dan tingkatan pertanyaan yang
dapat menghasilkan tingkat berfikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dalam
proses pembelajaran.
Guru hendaknya juga memotivasi siswa untuk dapat menarik kesimpulan dari apa
yang telah dipelajarinya. Kesimpulan yang diambil oleh siswa tersebut merupakan akumulasi
dari pemahaman siswa terhadap meteri yang dipelajari.
Penggunaan Penilaian Autentik
Untuk mengetahui apa yang telah siswa ketahui dan apa yang dapat dilakukannya,
guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Karena
salah satu tujuan pembelajaran kontekstual adalah membangun pengetahuan dan keterampilan
dengan cara yang bermakna melalui pengikutsetaan siswa ke dalam kehidupan nyata, maka
bentuk penilaian yang digunakanpun hendaknya didasarkan pada metode dan tujuan
pembelajaran itu sendiri, yaitu penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual memerlukan
penilaian interdisiplin yang dapat mengukur pengetahuan dan ketrampilan lebih dalam dan
dengan cara yang bervariasi (Ananda, 2001 dalam Depdiknas, 2002:17).
Guru dapat mengkombinasikan berbagai strategi penilaian sebagaimana telah
disebutkan di muka, yaitu: (1) penilaian kinerja, (2) observasi sistematik, (3) portfolio, dan
(4) jurnal sains (Depdiknas, 2002). Penggunaan strategi penilaian tersebut hendaknya
disesuaikan dengan tujuan dan jenis materi pembelajaran.
Untuk memudahkan guru melihat apakah proses pembelajaran lontekstual yang
dilaksanakannya telah sesuai dengan kriteria strategi pembelajaran kontekstual, guru dapat
membuat model evaluasi yang antara lain berisi indikator pelaksanaan pembelajaran berikut:
(1) konsep baru disajikan dalam situasi dan pengalaman nyata, (2) konsep dalam contoh١٢
contoh dan latihan disajikan dalam konteks yang digunakan oleh siswa, (3) konsep baru
disajikan berdasarkan pengalaman siswa sebelumnya, (4) latihan dan contoh berisisituasi
nyata dan situasi yang diyakini berisi pemecahan masalah yang bermanfaat bagi siswa saat ini
dan di masa mendatang, (5) contoh-contoh dapat mengembangkan sikap positif siswa, (6)
siswa mengumpulkan dan menganalisis data mereka sendiri seperti ketika mereka dibimbing
oleh guru dalam menemukan konsep, (7) siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data untuk pembelajaran dan pengembangan, (8) aktifitas pembelajaran
mendorong siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat untuk
masa depan siswa, (9) siswa berpartisipasi dalam diskuwsi kelompokdengan cara saling
berkomunikasi dan menanggapi konsep dan keputusan, dan (10) pembelajaran dan latihanlatihan
meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi (Kasihani, 2001).
SIMPULAN
Berbagai permasalahan pembelajaran yang muncul di sekolah utamanya yang terkait
dengan efektifitas dan efisiensi pendekatan pembelajaran bahasa Arab selalu dihadapi oleh
para guru bahasa Arab di SMU dan MA.. Untuk menjawab persoalan tersebut perlu adanya
inovasi-inovasi baru dalam pendekatan pembelajaran bahasa Arab.
Pembelajaran berbasis kontekstual merupakan salah satu jawaban dari persoalan
tersebut yang perlu diketahui, difahami, dan diaplikasikan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab oleh para guru.
Pembelajaran kontekstual yang bertujuan membekali siswa dengan pengatahuan yang
dapat diterapkan atau ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari
satu konteks ke konteks lainnya itu memiliki berbagai strategi. Strategi tersebut meliputi: (1)
penekanan pada pemecahan masalah, (2) kesadaran mengenai perlunya dilakukan kegiatan
pengajaran dan pembelajarn dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat
kerja; (3) pembimbingan siswa untuk memantau dan mengarahkan pembelajaran mereka agar
mereka dapat belajar secara mandiri, (4) penekanan pada pembelajaran dalam konteks
kehidupan siswa yang berbeda-beda, (5) dorongan kepada siswa untuk belajar dari dan
bersama teman-temannya, dan (6) penggunaan penialaian autentik.
١٣
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Effendy, Ahmad Fuad. 2001. Peta Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia. Bahasa dan Seni
Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya. Tahun 29, Edisi Khusus, Oktober
2001.
Kasihani dan Astinin. 2001. Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris. Makalah Pelatihan Calon Pelatih Guru SLTP, Juni 2001.
Muhaiban. 2001. Problematika Pengajaran Bahasa Arab di SMU dan Pemecahannya.
Makalah Seminar Pengajaran Bahasa Arab Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra UM,
Oktober 2001.
Nur, Muhammad. 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah Pelatihan TOT
Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs, Juni 2001.
Nufus, Fitrotin.2000. Penerapan Pendekatan Komunikatif Dalam Pengajaran Bahasa Arab di
Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Se Kabupaten Gresik Tahun 1999-2000. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
.

Tidak ada komentar: