Selasa, 22 Juli 2008

MUSYKILAT TA`LIMIL `ARABIYYAH

١
Muhaiban
Aِl-Lughah al-`Arabiyyah fî Indûnîsiyâ:
Dirâsah Takhlîliyyah `an Tathawwurâtihâ wa Musykilâti
Ta`lîmihâ
Abstract: Arabic teaching in Indonesia started when Islam was introduced to this
country in the 7th-8th Century. At that time Arabic was given merely for religious
teachings and to teach student to read the Holy Qur’an, say prayers, and read and
understand religious books also known as “the yellow books”. Those kinds of
teachings were conducted in mosques, Moslem home, and religious schools. During the
long period in history, Arabic teaching promoted the Arabic language into an
important position in the cultural expressions of various ethnic groups in Indonesia.
Arabic script was once also more prominent than the Latin alphabet in the written
tradition in Indonesia.
Arabic teaching started to decline in the Dutch colonial period. At that time the
Dutch government tried to change the Arabic script into the Latin alphabet, and
systematically decreased the role and influence of the Arabic language. In the Dutch
colonial period Arabic saw its lowest point of decline and it was only studied in the
traditional religious schools in a very limited way.
A change for the better started during the 1930s, indicated, among others, by
the introduction of general science into the religious schools (pesantren). Arabic was
given through a new method, with a wider objective of being a means of
communication.
In 1970s, the government started to pay more attention to the teaching of Arabic
in schools by including the Arabic language into the Senior High School Curriculum of
1975. Efforts in improving the teaching of Arabic were also seen in the implementation
of the “Madrasah” Curriculum of 1976, in which it was stated that the teaching of
Arabic in Madrasah should employ the Integrated System and the Audio Lingual
Method. That was the beginning of the improvement and development of the teaching of
Arabic, both in schools and Universities.
However, Arabic teaching in Indonesia still has its problems. This article aims
at addressing the various problems of teaching Arabic faced by education institutions
in Indonesia, with the hope that there will emerge ideas and suggestions from Arabic
teachers and enthusiasts to overcome those problems. The problems cover those in
terms of the teachers, the students, and the teaching media.
Problems which arise from the teachers were mostly due to the low proficiency
of the teachers and the lack of teachers with sufficient competence in Arabic, especially
in Speaking and Writing skills. Moreover, there is a lack of teachers with the academic
competence and qualification to teach Arabic.
Problem related to students were caused by several things, such as their
educational background, motivation, and purpose in learning Arabic. Most students
have heterogeneous background, which leads to their heterogeneity in receiving the
٢
lessons. Students who have Islamic social and family background tend to have strong
Arabic foundation since they have been exposed to the language since early age. Those
students tend to be highly-motivated to learn Arabic. Other students do not have
sufficient background in Arabic since they come from general/public elementary
schools which do not teach Arabic. Their basic skills in Arabic were limited to reading
the Holy Qur`an without the skill in writing the Arabic script. When they pursue further
study, they find difficulties in following the lessons, especially when they have to be in
the same class with the students who have Arabic background.
Problems with the instructional media in formal institutions were due to the
scarcity of the teaching media, as well as the limited ability of the teachers in
developing and using the appropriate media in their teaching. Education institutions
which already have hardware such as computers and language laboratories generally
have the problems of finding teachers with the ability both to operate the hardware and
prepare the teaching materials.
٣
Muhaiban
Aِl-Lughah al-`Arabiyyah fî Indûnîsiyâ:
Dirâsah Takhlîliyyah `an Tathawwurâtihâ wa Musykilâti
Ta`lîmihâ
Abstraksi: Bahasa Arab masuk ke Nusantara bersamaan dengan masuknya agama
Islam pada abad ke 7-8 Masehi, melalui pedagang muslim Arab dan Persia. Dengan
demikian bahasa Arab di Nusantara telah berumur 12 abad. Dalam rentang waktu
itu, bahasa Arab telah mengalami pasang-surut sesuai dengan hukum sejarah. Pada
awal masuknya di Nusantara, bahasa Arab dipelajari semata-mata untuk tujuan
agama dan untuk terampil membaca Al-Quran, bacaan-bacaan shalat, doa-doa, dan
untuk memahami kitab-kitab keagamaan yang sering disebut dengan “kitab kuning”.
Pembelajaran seperti itu berlangsung di masjid, mushalla, dan di rumah-rumah
keluarga muslim, atau di madrasah diniyah. Pembelajaran bahasa Arab tersebut
pernah menempatkan bahasa Arab menjadi bagian penting dalam ekspresi budaya
berbagai suku bangsa di Indonesia. Huruf Arab juga pernah menduduki peran penting
melebihi huruf Latin dalam tradisi tulis di Indonesia.
Pembelajaran bahasa Arab mengalami kemunduran pada masa pemerintahan
kolonial Belanda. Pada saat itu pemerintah Belanda berupaya mengganti huruf Arab
dengan huruf Latin dan secara sistematis berupaya untuk mengurangi peran dan
pengaruh bahasa Arab. Pada masa penjajahan Belanda itu bahasa Arab mencapai
puncak kemundurannya dan hanya dipelajari di pondok pesantren-pondok pesantren
tradisional secara terbatas.
Perubahan mulai terjadi pada tahun tigapuluhan yang antara lain ditandai
dengan masuknya beberapa pelajaran umum di beberapa pesantren. Pada saat itu
pembelajaran bahasa Arab mulai berlangsung dengan pendekatan baru dan dengan
tujuan yang lebih luas sebagai bahasa pergaulan.
Pada dekade tujuhpuluhan, pemerintah mulai memberikan perhatian terhadap
pembelajaran bahasa Arab di sekolah dengan dicantumkannya bahasa Arab sebagai
bahasa Asing Pilihan pada Kurikulum SMA Tahun 1975. Upaya perbaikan
pembelajaran bahasa Arab juga dilalakukan oleh pemerintah dengan diberlakukannya
Kurikulum Madrasah Tahun 1976 yang mengamanatkan diterapkannya pendekatan
Integrated System dan metode Audio Lingual dalam pembelajaran bahasa Arab di
madrasah. Sejak saat itu, pembelajaran bahasa Arab -baik di sekolah maupun di
perguruan tinggi- berkembang seiring dengan perkembangan jaman, terutama pada
sisi metode dan pendekatan pembelajaran.
Namun demikian, pembelajaran bahasa Arab di Indonesia juga menghadapi
berbagai problematika. Artikel ini mencoba mengungkap beberapa problematika
pembelajaran bahasa Arab yang dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia,
dengan harapan akan muncul pikiran-pikiran dari para pemerhati bahasa Arab untuk
mengatasi problematika tersebut. Problematika pembelajaran bahasa Arab tersebut
antara lain menyangkut aspek guru, aspek siswa, dan aspek media pembelajaran.
٤
Problematika yang diakibatkan oleh guru muncul karena lemahnya kemampuan
guru dalam pembelajaran bahasa Arab dan terbatasnya jumlah guru yang memiliki
kemampuan berbahasa Arab, terutama kemampuan berbicara dan menulis. Di samping
itu juga karena terbatasnya jumlah guru yang memiliki kompetensi akademis sebagai
guru bahasa Arab.
Problematika yang terkait dengan siswa diakibatkan oleh beberapa hal antara
lain latar belakang pendidikan, motivasi, dan tujuan belajar bahasa Arab. Para siswa
umumnya memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab yang hiterogin yang
berakibat pada hiteroginitas kemampuan mereka dalam mengikuti pelajaran. Siswa
yang berasal dari keluarga dan lingkungan yang islamis umumnya mempunyai dasar
bahasa Arab yang kuat karena sejak kecil mereka telah bersentuhan dengan bahasa
Arab baik di keluarga maupun di lingkungan sekolah. Siswa seperti itu cenderung
mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar bahasa Arab. Sementara itu siswa yang
lain tidak memiliki latar belakang bahasa Arab yang cukup karena mereka menempuh
pendidikan dasar pada sekolah umum yang tidak mengajarkan bahasa Arab.
Kemampuan dasar bahasa Arab mereka terbatas pada kemampuan membaca Al-Quran
tanpa diiringi dengan kemampuan menulis huruf Arab. Ketika mereka melanjutkan
pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi, mereka mengalami kesulitan dalam
mengikuti pelajaran, terutama karena mereka harus berada satu kelas dengan siswa
yang memliki latar belakang bahasa Arab yang lebih baik.
Problematika yang terkait dengan media pembelajaran bahasa Arab di
lembaga-lembaga pendidikan formal muncul antara lain karena minimnya media
pembelajaran di sekolah, di samping terbatasnya kemampuan guru untuk membuat dan
menggunakan media tersebut dalam pembelajaran. Lembaga pendidikan yang telah
memiliki perangkat keras seperti komputer atau laboratorium bahasa, umumnya
menghadapi kesulitan karena terbatasnya jumlah tenaga pengajar yang mampu
mengoperasikan dan menyiapkan perangkat lunaknya.
٥
م  هيبان
اللغة العربية في إندونيسيا:
دراسة تحليلية عن تطوراا ومشكلات تعليمها
مقدمة
إن القرآن الكريم هو السبب في نشأة الدراسات العربية بفروعهما المختلفة.
وكانت هذه الدراسات أساسا لخدمة الدين الإسلامي ولغرض فهم القرآن الكريم
بصفته مصدرا للتشريع الإسلامي ودستور المسلمين. فلاشك إذن أن تعليم اللغة
العربية وتعلمها من الأمور الدينية إذ أا ذريعة للتفقه في الدين ووسيلة إلى إصلاح
المعاش والمعاد. أضف إلى ذلك فإن اللغة العربية هي وعاء القرآن الكريم
ومركز الانطلاق إلى مدرسة القرآن والمنبع الأصلي للعلوم الإسلامية كلها،كما أا
وسيلة لتوطيد ركن التعارف وتوثيق عرى التفاهم بين أبناء العالم العربي وأبناء
البلدان غير الناطقة بالعربية.
فلا ريب في أن مسألتي اللغة العربية وتعليمها مسألتان مهمتان عند المسلمين
لاسيما لأن اللغة العربية لغة القرآن الكريم والأحاديث الشريفة . قال الله تعالى:
كتاب فصلت آياته قرآنا  : ١ وقال  إنا أنزلناه قرآنا عربيا لعلكم تعقلون 
٢. فلا يفهم أح  د القرآن فهما دقيقا ولا يفسره تفسيرا  عربيا لقوم يعقلون
صحيحا إلا إذا كان يعرف اللغة العربية معرفة تامة.
٦
يقدم هذا المقال المتواضع لمحة تاريخية عن اللغة العربية في إندونيسيا ودراسة
تحليلية عن تطوراا ومشكلات تعليمها بين أبناء الأمة.
لمحة تاريخية
تط  ور اللغة العربية وتعليمها بإندونيسيا يجريان مجرى تطور الزمان والعصور.
ويرجع تاريخ تطورهما إلى العصور الأولى من دخول الإسلام في هذه البلاد
العظيمة، وذلك بين القرن السابع والثامن الميلادي . فقد بلغت اللغة العربية
بإندونيسيا حتى الآن الحادية عشرة قرنا من العمر ٣. وعاشت خلال هذه العصور
الطويلة بما لديها من التقدم والانحطاط. عهد للغة العربية أن تصل إلى ازدهارها
الباهر وأصبحت لغة التعبير الثقافي لقبائل هذه البلاد المسلمة. وكانت لها دورها
البارز في الحياة الثقافية والاجتماعية إلى أن ثارت الحرب العالمية الأولى.
فالمستعمرون الهولنديون يحاولون إلى محو الأحرف الهجائية العربية من التقاليد
العلمية المدرسية الإندونيسية ويبدلوا بالأحرف اللاتينية. وهم يحاولون أيضا إلى
تقصير دور اللغة العربية في حياة الشعب الإندونيسي نظاميا.
وفي ذلك العصر الاستعماري الهولندي وصلت اللغة العربية إلى انحطاطها
حتى لم تدرس هذه اللغة إلا في المعاهد التقليدية المقصورة. وأهداف تعليم اللغة
العربية في هذه المعاهد التقليدية تقتصر على فهم الكتب الدينية فحسب -وذلك
عن طريق الترجمة- ولم تتوسع إلى إكساب الدارسين مهارة الاستماع ولا مهارة
الكتابة ولا مهارة الكلام.
٧
وتغيرت هذه الأحوال متماشية مع حركة التجديد الجارية في المعاهد
التقليدية المبتدئة في الثلاثينات وذلك بإدخال العلوم الرياضية والطبيعية والجغرافية
واللغة الإنجليزية في المناهج الدراسية للمعاهد. وتدرس فيها اللغة العربية بطرق
حديثة ولأِغراض شاملة بصفتها لغة الاتصالات. ولكن الأسف أن حركة التجديد
هذه لا تجري على ما يرام إذ أن المعاهد التقليدية عامة تتمسك بالتقاليد القديمة
تمسكا قويا يصعبها على قبول محاولة التجديد.
ولم تجر محاولة التجديد لتعليم اللغة العربية فعاليًة إلا في أواسط السبعينات.
وقد ذاع صيت هذه المحاولة التجديدية إلى أنحاء البلاد ونالت إقبالا حسنا من جميع
أبناء الشعب. وذلك لأن المحاولة تحت إشراف الحكومة أي وزارة الشؤون الدينية
ويؤيدها خبراء اللغة العربية والجامعيون. وولدت هذه المحاولة فيما بعد عدة معامل
لغوية في الجامعات الإسلامية الحكومية إضافة إلى تعيين طريقة الوحدة وتقريب
السمعية الشفوية في تعليم اللغة العربة إما في الجامعات وإما في المدارس. وفي نفس
الوقت جرى تجديد تعليم اللغة العربية في المؤسسات التربوية التابعة لوزارة التربية
والثقافة إما في الجامعات وإما في المدارس الثانوية.
وفي أواسط هذه الحماسة التجديدية ُأ  سس بجاكرتا معهد تعليم اللغة العربية
التابع لجامعة الإمام محمد ابن سعود الإسلامية برياض المملكة العربية السعودية،
وذلك سنة ١٩٨١ م. والمعهد - المعروف اليوم بمعهد العلوم الإسلامية والعربية-
أصبح عاملا من عوامل حركة التجديد لتعليم اللغة العربية بإندونيسيا إلى اليوم.
لقد قام المعهد بدور رياد  ي في الإشراف على كثير من أقسام اللغة العربية في
الجامعات الإندونيسية، وإعداد المناهج الدراسية لها، وإعداد مدرسي اللغة العربية،
٨
وإقامة الدورات الشرعية واللغوية، كما شارك ونظم مجموعة من المؤتمرات التي
. تعني بتعليم الدين الإسلامي واللغة العربية في إندونيسيا والدول المحيطة ا ٤
موقف اللغة العربية في سياسة اللغة القومية
سياسة اللغة القومية هي سياسة قومية تتضمن على التوجيهات
والتخطيطات والقرارات التي يسير عليها تدبير جميع المسائل اللغوية والأدبية
بإندونيسيا. هذه المسائل بأسرها أصبحت شبكة المسائل المشتملة على: ( ١) مسألة
اللغة الإندونيسية وأدا، ( ٢) مسألة اللغة الإقليمية وأدا، و( ٣) مسالة اللغة
الأجنبية وأدا بإندونيسيا.
هذه السياسة اللغوية رسمتها الندوة العلمية في سياسة اللغة القومية التي
أقامتها مركز تنمية اللغة الإندونيسية من الثامن إلى الثاني عشر من نوفمبر ١٩٩٩ م
بمدينة بوغور بجاوى الغربية. وإن سياسة اللغة القومية لها موقفها الاستراتيجي
بصفتها أساسا ومبدأ لتنمية اللغة القومية واللغة الإقليمية واللغة الأجنبية.
وفي رسوم سياسة اللغة القومية سنة ١٩٩٩ م هذه كانت اللغة العربية لها
مكانتها العالية بخلاف ما كان في رسوم السنة ١٩٧٥ م حيث لا تذكر فيها اللغة
العربية أصلا. وفيما يتعلق بموقف ووظيفة اللغات الأجنبية -وفي جملتها اللغة
العربية- ُذكر في رسوم السنة ١٩٩٩ م من سياسة اللغة القومية أن من وظائف
اللغات الأجنبية هي: ( ١) آلة للاتصالات بين الأمم والبلاد، و( ٢) وسيلة من
وسائل الاستفادة من العلوم والتكنولوجيا لأغراض البناء القومي. واللغات الأجنبية
المعينة لها وظائفها الخاصة. فاللغة العربية لغة الإسلام والثقافة الإسلامية. ٥
٩
وفيما يتعلق بتعليم اللغة العربية ُذكر في رسوم سياسة اللغة القومية سنة
١٩٩٩ م ما يلي:
١) اللغة العربية تدرس في المدارس الإسلامية –حكومية كانت أم أهلية- بصفتها )
درسا مقررا رأسيا.
٢) وفي المدارس الأخرى غير الإسلامية تدرس اللغة العربية بصفتها درسا اختياريا )
للمستوى الثانوي.
. ٣) وللمستوى الجامعي تدرس اللغة العربية بصفتها مادة للمحاضرة ٦ )
بالنظر إلى ما سبق ذكره من موقف اللغة العربية ووظيفتها عرفنا أن اللغة
العربية بإندونيسيا لها دورها يذكر. لاسيما أا لغة مقررة في جميع المستويات
الدراسية من الابتدائية حتى الجامعة. بل وإا تدرس في بستان الأطفال منذ
السنوات الأخيرة. إضافة إلى ذلك نشأت في اتمع المعاهد المسائية حيث تدرس
فيها اللغة العربية لأغراض خاصة.
١٠
دور اللغة العربية في تطوير اللغة الإندونيسية
إن اللغة العربية إحدى اللغات العالمية التي لها تاريخها المديد في التقاليد
العلمية. وقد كانت اللغة العربية منذ زمن بعيد لغة التعبير للكيمياء والجبر والطب
والفلسفة والفلق. وللغة العربية مساهمتها العظيمة في تكوين المصطلحات للغات
أحد خبراء اللغة (Ayers) الأجنبية وحتى اللغة الإنجليزية. واعترف بذلك أييرس
الإنجليزية من أمريكا حيث قال أن اللغة العربية ساهمت كثيرا في المصطلحات
.٧cotton, admiral, syrup, assassin .algebra, alcohol, alkali : الإنجليزية مثل
هذه الحقيقة دليل على أن للغة العربية مساهمة كبيرة في اللغة الإنجليزية
أن تلك المفردات قد كانت (Ayers) ويعترف بذلك خبرائها، بل وقال أييرس
موجودة في التقاليد العلمية العربية قبل أن يعرفها الغرب ببعيد.
وإن العلاقة بين اللغة الإندونيسية واللغة العربية جرت منذ أمد بعيد عندما
كانت اللغة الإندونيسية معروفة باللغة الملايووية. وكانت اللغة العربية دخلت في
اللغة الملايووية/الإندونيسية عن طريق المصطلحات الدينية التي استعملها تجار
. العرب والفرس ٨
إن اندماج اللغة العربية في اللغة الإندونيسية يرتبط ارتباطا قويا بدخول
الإسلام وتطوره في إندونيسيا. حيث أن معظم المفردات العربية الداخلة في اللغة
الإندونيسية في أول الأمر تتعلق بالمصطلحات الدينية مثل: ن  بي، رسول، ملائكة،
كتاب، عمل، صدقة، معصية، صلاة، حرام، حلال وما إلى ذلك كثيرا.
ومع تطور العصور والزمان اندمجت المفردات العربية في المفردات
الإندونيسية اندماجا طبيعيا حتى كادت لا تعرف أن تلك المفردات الإندونيسية
١١
تأتي من اللغة العربية. ومن المفردات العربية ما يتصرف هجاؤه ومعناه بعد
الاندماج. وفيما يلي بعض الأمثلة لذلك.
الجدول ١: معاني المفردات العربية بعد تص  رفها إلى اللغة الإندونيسية
المفردات المعنى العربي المعنى الإندونيسي
مدرسة مكان الدرس والعلم مدرسة خاصة للعلوم الدينية
علماء رجال ذووا علم ومعرفة رجل كثير العلم الديني (مفرد)
دفتر كراسة قائمة
شاعر قارض الشعر نوع من الشعر المقّفى
شجرة نوع من النباتات التاريخ
َأبد دهر مائة عام
(Rusel Jones) ومن نتائج البحث العلمي الذي قام به روسيل جونس
يعرف أن ٢٧٥٠ مفردة إندونيسية جاءت من المفردات العربية. بينما كان مجمع
البحوث العلمية بجامعة شريف هداية الله الإسلامية الحكومية بجاكرتا اكتشف
. ٢٢٣٦ مفردة عربية اندمجت في اللغة الإندونيسية ٩
والبحث العلمي الآخر الذي قام به محمد زين في القاموس الإندونيسي
لمركز تطوير اللغة الإندونيسية اكتشف أن ثمانية في المائة ( ٨%) أو ٢١٧٩ مفردة
. من المفردات الموجودة في ذلك القاموس أتت من اللغة العربية ١٠
معتمدا على ما سبق ذكره استنبطت أن اللغة العربية لها دورها يذكر في
تكوين المصطلحات الإندونيسية الجديدة بوجه خاص وفي تطوير اللغة الإندونيسية
بوجه عام.
١٢
تعليم اللغة العربية بإندونيسيا
يتن  وع تعليم اللغة العربية بإندونيسيا اليوم تنوعا كثيرا إما من ناحية الأغراض
: وإما من ناحية طرق التدريس المستخدمة. وفيما يلي تفاصيل ذلك ١١
أولا، تعليم اللغة العربية لفظيا. يهدف هذا النوع من التعليم إلى إكساب
الدارسين مهارة قراءة القرآن وأدعية الصلاة والأدعية عامة دون معانيها. وجرى
التعليم في أسر المسلمين والمساجد والمصليات والمدارس الدينية والمدارس القرآنية
للأطفال. وأسا  سا على إحصائيات السنة ١٩٩٠ م، بلغ عدد المدارس الدينية في
البلاد ١٦٦٨٠ مدرسة بعدد تلاميذها ٢٤٧٩٥٧٢ تلميذا ١٢ . وطريقة التدريس
المستخدمة فيها هي طريقة الحفظ. ولتدريس الأحرف الهجائية تستعمل طريقة
الهجاء. رغم أن هذا النوع من التعليم جرى منذ زمن بعيد ولكنه حتى الآن مازال
ينال إقبالا حسنا من اتمع لما فيه من المنافع الكبيرة.
وفي السنة ثمانينات تطور في اتمع ما يسمى بالطريقة الصوتية التحليلية
التركيبية في تعليم قراءة القرآن. ونمت حماسة المسلمين في تعلم القرآن الكريم ذه
الطريقة. ولا يقتصر ذلك على الأطفال والشباب بل يتسع إلى الآباء والأمهات في
القرى والمدن.
ثانيا، تعليم اللغة العربية الذي يهدف إلى معرفة العلوم الدينية وتعمقها.
جرى هذا النوع من التعليم في المعاهد الدينية السلفية التي بلغ عددها – على
. إحصائيات السنة١٩٩٠ م - ٦٧٩٥ معهدا وعدد طلاا ١٦٢٩٧٣٩ طالبا ١٣
وطرق التدريس المستخدمة في تلك المعاهد السلفية هي طريقة القواعد
١٣
والترجمة حيث أنتجت هذه الطريقة طلابا يقدرون على قراءة كتب عربية معينة
محدودة واستيعاب قواعد لغوية مقصورة. وفي هذه السنوات الأخيرة كثير من
المعاهد السلفية تبدأ تط  ور طرق التدريس العصرية دون ترك ما لديها من الطرق
القديمة.
ثالثا، تعليم اللغة العربية الذي يهدف إلى إكساب الدارسين مهارات لغوية
لا سيما مهارة التعبير الشفوي والتحريري. وللوصول إلى هذا الهدف فطريقة
التعليم المستخدمة هي الطريقة المباشرة. هذا النوع من التعليم تع  د خطوة من
خطوات التجديد الذي أجراها المعاهد العصرية منذ ثلاثينات. ومن قواد هذا
التجديد الشيخ محمود يونس في سومطرة والشيخ إمام زركشي مدير معهد غنطور
العصري بجاوى الشرقية. وفيما بعد لا يقتصر هذا النوع من التعليم على استعمال
الطريقة المباشرة بل يتابع حركات التجديد الجارية في مجال تعليم اللغات
كاستعمال الطريقة السمعية البصرية والطريقة الاتصالية الظاهرة في هذه الأيام
الأخيرة. وأغراض هذا النوع من التعليم لا تقتصر على إكساب الدارسين مهارة
الكلام والكتابة فحسب، بل كذلك المهارات اللغوية الأربع بشكل متوازن.
رابعا، تعليم اللغة العربية الذي يعتمد على المنهج الذي قررته الحكومة
وذلك يجري لمستوى القومي من المدارس الابتدائية الإسلامية حتى المدارس
الثانوية العامة والإسلامية. وأصبحت اللغة العربية درسا مقررا واجبا لجميع المداس
الإسلامية. وإحصائيات السنة ١٩٩٠ م سجلت أن عدد المدارس الإسلامية،
حكومية كانت أم أهلية كما يلي.
١٤
الجدول ٢: عدد المدارس الإسلامية بإندونيسيا سنة ١٩٩٠ م ١٤
المدارس الابتدائية الإسلامية المدارس المتوسطة الإسلامية المدارس الثانوية الإسلامية
الحكومية الأهلية الحكومية الأهلية الحكومية الأهلية
٢٠٢٧ ٣٨١ ٦٣٢٩ ٤٥٢ ٢١٣٢٠ ٤٤٢
وأساسا على المنهج الدراسي لتلك المدارس فالطريقة المقترحة لتعليم اللغة
العربية فيها هي الطريقة السمعية الشفوية والطريقة الاتصالية.
خامسا، تعليم اللغة العربية للأغراض التأهيلية والمهنية. جري هذا النوع من
التعليم في أقسام اللغة العربية وأدا بالجامعات، سواء أكانت الجامعة تابعة لوزارة
الشؤون الدينية أم وزارة التربية الوطنية. ويهدف التعليم إلى إنتاج الخريجين
المتأهلين في اللغة العربية وأدا كما يهدف إلى إنتاج المدرسين المهنيينفي حقل
اللغة العربية. والطريقة المستعملة في التدريس هي الطريقة السمعية الشفوية
والطريقة الاتصالية.
إن أقسام اللغة العربية وأدا بالجامعات في إندونيسيا لها دورها الفعال في
تطوير اللغة العربية بما عملته من البحوث العلمية والابتكارات والتجديد إما من
ناحية المنهج الدراسي والمواد الدراسية والطرق التدريسية وإما من ناحية المعينات
التدريسية.
سادسا، تعليم اللغة العربية للأغراض الخاصة الذي أقامته المعاهد المسائية،
مثلا: اللغة العربية للحجاج وللسياحة وللتجارة والصناعة، وللع  مال الإندونيسيين
العاملين في بلاد العرب. ومن أغراض التعليم تزويد الدارسين المهارة اللغوية التي
يحتاجون إليها في مجال أعمالهم.
١٥
مشكلات تعليم اللغة العربية بإندونيسيا
يواجه تعليم اللغة العربية بإندونيسيا عدة مشكلات تعليمية وغير تعليمية من
أهمها ما يلي: ( ١) المشكلات الخاصة بالعوامل الاجتماعية، ( ٢) المشكلات
الخاصة بالمدرسين، ( ٣) المشكلات الخاصة بالطلبة، ( ٤) المشكلات الخاصة
بالوسائل المعينة التدريسية. وفيما يلي تفاصيل ذلك.
المشكلات الخاصة بالعوامل الاجتماعية
يبدو أن كثيرا من أعضاء اتمع الإندونيسي لا يق  درون اللغة العربية حق
قدرها ولا يميلون إليها رغم أم مسلمون. وجاءت هذه الظواهر بالعواقب السيئة
الواسعة لا سيما في المدارس والجامعات التابعة لوزارة التربية القومية. فمثال
ذلك أن المسؤولين في هذه الوزارة لا يضعون اللغة العربية في اعتبارهم عندما كانوا
يرسمون المناهج الدراسية الوطنية أو يفتتحون الأقسام الدراسية بالجامعات أو
يخططون البرامج التطويرية للتسهيلات الدراسية أو للموارد البشرية على مستوى
القومي. تلك الظواهر تنافي الحقائق الموجودة أن اللغة العربية بإندونيسيا أكثر ما
تعّلمه الدارسون من اللغات الأجنبية بعد اللغة الإنجليزية.
ذلك دليل من دلائل رغبتهم عن اللغة العربية وعدم ميولهم إليها. ودليل
آخر لقلة الرغبة في اللغة العربية عند اتمع قلة الملتحقين بقسم اللغة العربية إما في
المدارس الثانوية وإما في الجامعات.
ويرجع كل هذا وهذه إلى عدة عوامل وهي:
١٦
١) التأثير السيكولوجي السائد في نفوس بعض الإندونيسيين (بما فيهم )
المسلمون) الذي يجعلهم يشعرون بعقدة النقص والرداءة بجميع ما فيه نكهة
إسلامية أو عربية ويفخرون بكل ما جاء به الغرب أو ما فيه روح غربية.
٢) ما في اتمع من الخوف والرهبة من الإسلام وجميع ما جاءبه (وفي جملته )
اللغة العربية) وعدم الرغبة في تقدم الإسلام والمسلمين في نفوسهم.
٣) قلة المعارف وقصور الآفاق بسبب قصور الاستعلامات التي وصلت إلى )
اتمع حول مواقف اللغة العربية ووظائفها.
٤) ما يشعر به بعض أعضاء اتمع الإندونيسي من قلة فوائد اللغة العربية )
عمليًة ومهنيًة بالنسبة إلى اللغة الأجنبية الأخرى لا سيما الإنجليزية.
وهناك عامل آخر يؤدي إلى قلة الرغبة في اللغة العربية وعدم الميول إليها
وبوجه خاص عند تلاميذ المدارس أو طلاب الجامعات وهو عملية التدريس التي لا
تعجبهم ولا تش  جعهم إلى حب اللغة العربية وممارستها. إضافة إلى ذلك فإن
المهتمين بتدريس اللغة العربية في المدارس والمعاهد والجامعات بإندونيسيا لم يتعودوا
على التكلم باللغة العربية ولا يحثون طلبتهم على ممارستها، كما أن الطلبة لا
يجدون وسائل الإعلام العربية ويصعب عليهم الحصول على الات أو الجرائد
اليومية العربية. وكان الطلبة لا يرغبون في التكلم باللغة العربية بل كأم يشعرون
بالخجل من استعمالها في حيام اليومية على الرغم من أن الدوافع إلى تعلمها قوية،
فهي لغة لها مكانتها عالية بصفتها لغة دينية أنزل ا القرآن الكريم ودونت ا
. الأحاديث النبوية الشريفة والكتب الإسلامية ١٥
١٧
المشكلات الخاصة بالمدرسين
مما لاشك فيه أن المدرس من أهم عناصر عملية التدريس، إذ أنه لا يوجد
اختلاف في وجهات النظر حول الدور الذي يلعبه المعلم في عملية التدريس بما
يمتلك من قوة التأثير على العناصر الأخرى. فالمعلم لا يتحدد دوره في تقديم
المعلومات فحسب، وإنما هو يؤثر في سلوك طلابه بحسن سلوكه وتصرفه، فهو
. قدوة يتعلم منه الطلاب العلاقات البشرية، كيفيتها ونوعيتها ١٦
تواجه المدارس وبعض الجامعات في إندونيسيا مشكلات ترجع إلى كفاءة
المدرسين في تدريس اللغة العربية. وذلك بسبب قلة المدرسين ذوي كفاءة جيدة
في اللغة العربية وبخاصة في التكلم والكتابة ا، وقلة المدرسين المؤهلين تربويا
(المتخرجين في المعاهد أو الجامعات التربوية).
ومن سمات المدرسين المؤهلين للغة العربية ما يأتي:
١) لابد أن يكون لهم خلفية دراسية تربوية تجعلهم متمكنين من تدريس اللغة )
العربية بجميع عواملها مهنيا.
٢) أن تتوفر لهم العلوم والمهارات اللغوية العربية ويتمكنون من التكلم )
والكتابة ذه اللغة.
٣) لا بد أن يكون لهم معارف وخبرات في عملية تدريس اللغة العربية )
ويمكنهم تطبيق ذلك في فصول الدراسة.
٤) لابد

Tidak ada komentar: